Rabu 25 Jun 2014 19:38 WIB

Kebanyakan Pencitraan Bikin Masyarakat Jenuh dengan Capres

Prabowo dan Jokowi bersalaman sebelum memulai debat capres sesi ketiga di Jakarta, Ahad (22/6) malam WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Budayawan dan pengajar di Universitas Negeri Surabaya (UNS) Ayu Sutarto mengatakan, jika pencitraan yang dilakukan oleh calon Presiden secara berlebihan akan membuat masyarakat menjadi jenuh.

"Seperti sosok Jokowi yang suka blusukan dan mau menyapa rakyat memang disenangi. Namun karena keunggulan dan citra Jokowi itu dieksploitasi berlebihan untuk menarik minat publik, hasilnya justru kontraproduktif," katanya saat dihubungi dari Surabaya, Rabu (25/6).

Ia mengatakan, sesuatu yang berlebihan itu akan cenderung membuat orang menjadi jenuh dan hasilnya tidak akan maksimal. "Tidak hanya Jokowi, pasangan lainnya atau siapapun kalau sesuatu yang 'too much', berlebihan, akan membikin orang jadi capek," katanya.

Ia mencontohkan, jika seseorang minum air terlalu banyak, maka istilah orang jawa akan "kelempoken" atau kekenyangan dan hal itu hasilnya tidak akan baik. Hal serupa juga bisa saja menimpa Prabowo karena calon Presiden ini seharusnya sudah mulai mengurangi kebiasaan ngomong tentang mimpi-mimpi besar.

"Orang dari dulu sudah sering dijejali banyak hal mulai dari kesejahteraan, kemakmuran, dan lain-lain. Sekarang ini, orang memilih itu hanya berdasarkan rasa, kira-kira enak yang mana, ya itu yang dipilih," katanya.

Dirinya juga menyayangkan adanya persaingan yang dilakukan oleh dua sosok calon Presiden yang maju dalam pemilihan Presiden 9 Juli 2014 ini.

"Menurut saya, saat ini banyak calon Presiden yang saling mengumbar dan saling menjelekkan jati diri dari lawan masing-masing pada masa kampanye seperti sekarang ini," katanya.

Model-model seperti itu seharusnya sudah tidak digunakan lagi karena model seperti itu tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement