Selasa 27 May 2014 10:13 WIB

Kader NU Sebut Innalillahi Pada Jokowi dan Prabowo, Ada Apa?

Red: M Akbar
Para calon legisltaif bermasalah dan pendukungnya menyimak sidang perdana sengketa perselisihan hasil Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2014 melalui layar elektronik yang disediakan di halaman Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Jumat (23/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang pelaksanaan pemilihan umum presiden (Pilpres) pada 9 Juli 2014, kekhawatiran tumbuh besar. Kekhawatiran itu muncul karena para pendukung masing-masing pasangan Prabowo-Hatta Radjasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla menunjukkan perilaku yang membuat sebagian orang resah.

Hal ini disampaikan oleh Nasrulloh Afandi, kader Nahdlatul Ulama (NU) di Maroko yang juga kandidat Doktor Maqasid Syariah di Universitas Al-Qurawiyin, Maroko. Ia mengaku prihatin dengan moralitas para simpatisan capres-cawapres.

''Innalillahi wa Inna Ilaihi Rojiun! Berawal dari Jokowi dan Prabowo akan bertarung di pilpres. Bangsa Indonesia sedang dilanda musibah besar, yaitu merajalelanya kerusakan akhlak. Mereka menjadi saling hujat, saling hina, saling caci maki, bahkan fitnah ditebar di sana-sini, tanpa ragu dan tanpa malu dilakukan di muka umum, hanya karena mendukung Prabowo atau mendukung Jokowi,'' kata Nasrulloh seperti dilansir dari laman resmi NU, Selasa (27/5)

Padahal Nasrulloh mengatakan siapapun yang menang belum tentu mereka peduli. Terutama, kata dia, melakukan balas budi kepada para pendukungnya yang sekarang ini saling caci-maki, menghujat, fitnah dengan sesama saudara sebangsa dan setanah air sendiri.

''Menyedihkannya lagi, musibah besar kerusakan akhlak itu seolah-olah tidak ada beban, dianggap hal biasa, bahkan 'harus' dilakukan, dan sama sekali tidak ada kesan dianggap bencana atau perbuatan dosa,'' kata pria yang akrab disapa Kang Nasrul ini.

Menurutnya, ada tiga hal yang akut menjangkiti musim kampanye politik di Indonesia, yakni ghibah (menggunjing), namimah (manuver adu domba), dan fitnah.

''Hal ini harus menjadi perhatian serius para pemuka agama dan ulama,'' kata pria yang juga menjadi pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyyah Kedungwungu, Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement