Sabtu 19 Apr 2014 07:52 WIB

Presiden Baru Harus Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan

Rep: Erdy Nasrul / Red: Muhammad Hafil
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri), Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (kanan) melakukan salam usai konfrensi pers di kantor DPP PPP, Jakarta, Jumat (18/4). PPP menyatakan berkoalisi dengan partai Gerindra dan siap mendukung pencapresa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden yang akan datang harus mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan. Program pro rakyat perlu dimaksimalkan untuk meningkatkan potensi. Mereka harus memiliki penghasilan lebih baik agar meningkatkan taraf hidup.

Anggota kelompok nelayan Pandeglang, Jufri Ahmadi, menilai, calon presiden ARB (sapaan lain Aburizal Bakrie) sering melakukan dialog dengan masyarakat nelayan di berbagai daerah termasuk Pandeglang. Nelayan di Pandeglang pernah berdialog langsung. ARB menjelaskan visi dan misinya untuk mewujudkan negara kesejahteraan. "Program untuk nelayan juga ia jelaskan,” ujarnya, di Jakarta, Sabtu (19/4).

Yang menarik perhatian adalah program pembangunan Indonesia dari desa dengan penekanan pada pembangunan berbagai sektor, termasuk sektor kelautan. Kesenjangan tidak terlalu mencolok, terjadi pemerataan pertumbuhan. "Ini menarik," jelasnya.

Selain itu, sisi lain yang membuat ARB dinilai dekat dengan para nelayan adalah sikapnya yang mengapresiasi profesi seorang nelayan. “Bahkan beliau menyebut kami (nelayan) sebagai pahlawan nasional,” imbuhnya.

Permasalahan yang dihadapi adalah ketimpangan mencolok antara hasil produksi perikanan dengan tingkat kesejahteraan. Pengurus Perhimpunan Nelayan Sejahtera Indonesia, Muhammad Furqan, menyatakan, meski hasil tangkap ikan terus meningkat dari tahun ke tahun tetapi nasib nelayan masih saja melarat. “Kita dikenal sebagai produsen perikanan terbesar ketiga di dunia. Tapi dari dulu sampai sekarang nasib nelayan gitu-gitu aja. Tetap miskin,” ujarnya.

Salah satu penyebabnya, lanjut Furqan, masih bertahannya paradigma keliru yang menganggap profesi nelayan bukan bagian dari program ketahanan pangan. Akibatnya, sampai sekarang belum ada regulasi yang tegas dan memihak kehidupan nelayan. Yang terjadi malah liberalisasi perikanan. Nelayan disuruh bersaing dengan pemilik modal atau pihak asing, yang punya alat modern dan menguasai pasar. "Ini di mana logikanya,” kata Furqan menyayangkan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement