Kamis 24 Jul 2014 21:47 WIB

Yudi Latif Minta Jokowi Fokus pada Trisakti Bung Karno

Rep: c87/ Red: Maman Sudiaman
Joko Widodo dan Jusuf Kalla saat berpidato kemenangan di atas kapal di Pelabuhan Sunda kelapa, Jakarta, Selasa (22/7) malam.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Joko Widodo dan Jusuf Kalla saat berpidato kemenangan di atas kapal di Pelabuhan Sunda kelapa, Jakarta, Selasa (22/7) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Yudi Latif, meminta presiden dan wakil presiden  terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla untuk fokus pada programnya yang mengadopsi Trisakti Bung Karno. Yakni mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara kebudayaan.

Jokowi menyampaikan Trisakti Bung Karno pada visi-misinya serta pada saat membacakan pidato kemenangan di atas kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa seusai penetapan KPU pada Selasa (22/7) malam. “Trisakti Bung Karno sesuai visi-misi Jokowi konsentrasinya pada tiga titik. Itu bagus untuk memberikan prioritas sebab banyak yang harus digarap pemerintah Indonesia. Yang penting bagaimana Jokowi menerjemahkan trisakti ke dalam program-program pemerintah. Harus tajam dan fokus,” jelasnya kepada ROL, Kamis (24/7) malam. 

Yudi mengatakan, Trisakti Bung Karno harus di breakdown dan diturunkan ke dalam program-program pemerintah. Jokowi diminta jangan melakukan pendekatan sektoral kementerian tapi harus fokus terhadap prioritas program. Kemudian bagaimana kementerian mendukung prioritas-prioritas tersebut. Yudi mencontohkan program Visit Indonesia yang ditangani Kementerian Pariwisata seharusnya didukung oleh semua kementerian. 

Dalam mewujudkan ekonomi yang berdikari, kata Yudi, harus mengembangkan semangat ekonomi kekeluargaan. Selain itu, pembangunan harus memperhatikan nilai tambah dan jangan hanya membeli bahan mentah serta menggalakkan konsumsi produk dalam negeri. Dalam mewujudkan berkepribadian dalam kebudayaan, pemerintah harus mengembangkan kearifan lokal dengan visi global melalui pembudayaan riset, inovasi dan pemberdayaan masyarakat. Dalam mewujudkan politik yang berdaulat misalnya dalam hal kemampuan untuk menentukan pilihan demokrasi.

Yudi juga menilai dalam isi pidato kemenangan Jokowi menunjukkan apresiasi terhadap lawan politiknya Prabowo-Hatta. “Jokowi memiliki kemauan yang baik, bagaimana pun dia mengapresiasi kehadiran Prabowo-Hatta. Kontestasi politik tidak ada artinya kalau tidak ada Prabowo-Hata. Kemenangan Jokowi-JK punya nilainya berkat Prabowo-Hatta,” imbuhnya.

Jokowi mengajak rekonsiliasi yang menekankan pentingnya kerjasama. Jokowi menunjukkan sikap untuk melupakan kerikil dan perseteruan-perseteruan yang terjadi. Saat ini kemenangan harus didedikasikan kepada seluruh rakyat Indonesia.

Kontestasi pilpres, kata Yudi, tidak hanya melibatkan elemen politik, dimensinya tidak hanya berhenti pada lingkaran-lingkaran partai. Tapi juga adanya dukungan masyarakat, insan-insan kreatif, dan para musisi. “Ke depan, politik harus diletakkan dalam dimensi kebudayaan. Punya nilai, etika, nilai-nilai kemanusiaan dan mutu peradaban. Sehingga ke depan jangan hanya tolok ukurnya aspek ekonomi tapi juga aspek karakter dan mental,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement