Rabu 16 Jul 2014 12:10 WIB

Tim Prabowo-Hatta: KPU Jangan Takut Ditekan

Sejumlah warga binaan menggunakan hak suaranya pada Pilpres 2014 di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dalam Rutan Cipinang, Jakarta, Rabu (9/7).
Foto: Prayogi/Republika
Sejumlah warga binaan menggunakan hak suaranya pada Pilpres 2014 di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dalam Rutan Cipinang, Jakarta, Rabu (9/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk tetap independen dan kuat menghadapi tekanan. Khususnya, dalam kondisi penuh tekanan seperti saat ini jelang pengumuman resmi pemenang pilpres.

"KPU jangan takut ditekan dan bertindak tidak netral seperti media. Presiden sudah menyatakan siap mem-back-up KPU. TNI juga sudah siap menindak para perusuh. Dengan kondisi ini, rakyat tidak perlu cemas dengan putusan KPU," papar penasehat Prabowo-Hatta, Letjen TNI Purn Suryo Prabowo, Rabu (16/7).

Menurutnya, sepekan jelang pengumuman resmi, tim Prabowo-Hatta terus mendapat tekanan. Khususnya dari opini publik yang dibentuk dan menyatakan bahwa pasangan nomor urut satu itu akan melakukan kecurangan. Sementara Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) merupakan korban dan harus menjadi pemenang pemilu.

"Media telah membenarkan pihak yang salah dan menyalahkan pihak yang benar," ungkap dia.

Ia menyebut sejumlah media besar, baik televisi, radio, koran, majalah dan online, memililiki agenda untuk memenangkan Jokowi-JK. Karenanya, mereka mendorong wacana pemenangan pasangan nomor urut satu agar menjadi opini publik yang kemudian bisa digunakan untuk menekan KPU.

Menurut Suryo, KPU menjadi pusat yang paling menentukan siapa pemenang pilpres. "Dari arah samping mereka gunakan media untuk menekan KPU. Dari arah atas mereka coba tekan KPU dengan kekuatan asing. Sementara dari arah bawah mereka mengancam akan mengunakan massa untuk menekan KPU. Sangat sistematis," ujarnya.

Suryo menilai, media tidak menyadari kalau berpihakan itu malah dapat turut memicu konflik yang lebih luas. Padahal, media harusnya tampil sebagai juru damai dengan menerapkan prinsip jurnalisme damai.

"Coba bayangkan, apa media mau Indonesia dilanda perang saudara? Rusuh seperti di Balkan atau Timur Tengah?" ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement