Kamis 26 Jun 2014 14:00 WIB

Cara Konspirasi untuk Ganggu Elektabilitas Prabowo

Prabowo Subianto (tengah) menghadiri apel Ansor Serba Guna (Banser) untuk Indonesia bangkit di Lapangan Puri, Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (24/6).
Foto: Antara
Prabowo Subianto (tengah) menghadiri apel Ansor Serba Guna (Banser) untuk Indonesia bangkit di Lapangan Puri, Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (24/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua pekan menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden 9 Juli 2014 mendatang, panasnya suhu politik mendorong kubu capres memainkan berbagai trik untuk menarik simpati masyarakat. Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Indonesia Strategis (LKIS), Bobby Maengkom, salah satu cara untuk merebut hati rakyat adalah dengan melakukan teori konspirasi.

Dia menyebut hal itu dengan merujuk pada pengunggahan artikel survei Gallup di kanal jurnalisme warga milik CNN, yang ternyata menguntungkan kandidat lawan. "Hati-hati, taktik menyingkirkan lawan tidak hanya secara langsung. Tetapi juga melakukan satu manuver yang dari situ diharapkan terbentuk persepsi negatif terhadap salah satu kandidat," katanya di Jakarta, Rabu, (25/6).

Bobby mencermati detail artikel survei Gallup Indonesia Daily Poll yang menyatakan pasangan Prabowo Subianto–Hatta Rajasa menang dengan selisih 11 persen dibandingkan Joko Widodo–Jusuf Kalla. Pada artikel itu, terdapat beberapa kesalahan tulis yang menurutnya terlalu vulgar hingga mudah diketahui pembaca.

"Kesalahan tulis yang terlalu kentara. Seperti disengaja agar ketahuan sehingga seolah-olah kubu Prabowo yang merekayasa. Padahal bisa jadi kubu kompetitor yang bermain," katanya.

Hal itu, lanjut dia, terkait langsung dengan elektabilitas Prabowo-Hatta yang terus menanjak. Bahkan, sebagian lembaga survei sudah mengunggulkan Prabowo-Hatta melewati Jokowi-JK. "Mereka ingin mengganggu elektabilitas Prabowo. Ada skenario agar publik meragukan hasil survei-survei yang menunjukkan keunggulan Prabowo," ujar Bobby.

Dia juga mengingatkan, pada September 2012, kubu Jokowi selaku kandidat gubernur DKI Jakarta juga pernah mengunggah hasil survei yang menunjukkan mantan wal kota Solo itu melampaui Fauzi Bowo. Bobby mengatakan laman yang digunakan pun sama, yaitu jurnalisme warga milik CNN tersebut. "Artinya, modus operandinya sama. Seperti pelaku kriminal, cenderung mengulang modus yang pernah digunakan," ujarnya.

Setelah ditelusuri, pada laman tersebut, terdapat artikel berjudul 'Joko Widodo would gather 72.48 percent of the total vote in the runoff'. "Padahal saat itu, lembaga survei-survei lainnya menyimpulkan Foke yang memenangi Pilkada DKI Jakarta.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement