Senin 16 Jun 2014 13:04 WIB

Debat Dianggap Semakin Tunjukkan Kelas dan Kualitas Capres

Prabowo Subianto menjabat tangan Joko Widodo (Jokowi)
Foto: antara
Prabowo Subianto menjabat tangan Joko Widodo (Jokowi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat putaran kedua dianggap telah menunjukkan kelas dan kualitas kedua capres. Antara lain dari materi yang disampaikan dan retorika yang digunakan. 

"Debat capres tersebut sudah sangat jelas menunjukkan kelas dan kualitas capres. Prabowo menguasai hal-hal yang strategis buat negara sedangkan Jokowi mengusai hal teknis daerah," ujar dosen ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra, Iswandi Syahputra, Senin (16/6).

Menurutnya, pemahaman Jokowi pada isu ekonomi makro dinilai masih sangat rapuh. Karena terlihat kalau capres nomor urut dua itu kerepotan menjawab beberapa isu makro ekonomi. 

"Sebut saja misalnya soal utang luar negeri atau perusahaan asing yang rugikan Infonesia. Apa saja pertanyaanya, jawaban Jokowi selalu sama, revolusi mental, perbaikan sistem dan kartu", jelasnya. 

Sementara Prabowo, menurut Iswandi, menguasai berbagai isu makro ekonomi. Karena, jawabannya menggambarkan kemampuan pemahaman dan memberi resolusi persoalan bangsa. "Tapi tampaknya Prabowo tidak begitu menguasai persoalan ekonomi mikro,"paparnya.

Ia menjelaskan, perbedaan tersebut semakin menguatkan personal branding masing-masing capres. Yaitu, Prabowo yang lebih tak biasa berakting. Ia dengan polosnya mengaku tidak gunakan masukan dari penasehatnya.

Menurut dia, latar belakang militer tampaknya mempengaruhi karakter Prabowo dalam debat tersebut. Walau itu urusan setingkat menteri tapi dengan ksatria dia akui gagasan Jokowi soal industri kreatif itu baik. 

"Demikian juga soal TPID, inikan urusan level gubernur. Sementara Jokowi, terlihat mahir ngeles atau berkelit. Sesulit apa pun pertanyaannya dijawab sama kalau tidak revolusi mental, perubahan sistem pasti tentang kartu. Ini capres atau marketing kartu?" tanya dia.

Awalnya, Prabowo dinilai telah mengeluarkan lima senjata retorika sekaligus dengan baik. Yaitu invention (menemukan), arrangement (menyusun), style (menyajikan), memory (mengingat) dan delivery (menyampaikan). Namun pada bagian akhir, Prabowo seperti kehilangan konsentrasi. 

"Sedangkan Jokowi sama sekali seperti tidak menggunakan senjata retorika tersebut. Sampai di sini sebenarnya semakin jelas dapat dilihat siapa capres yang miliki kemampuan retorika," ujarnya.

Ia menilai, cara berdebat Jokowi bisa menjadi ancaman bagi peningkatan kualitas demokrasi. Karena debat setidaknya membahas masalah besar bangsa atau berbagai agenda yang mendapat perhatian publik secara luas. 

"Kalau soal PTID, DAU atau DAK masuk materi debat capres, rendah sekali kehormatan sebuah debat capres tersebut. Jika tim Jokowi tidak merubah gaya debat, Jokowi bisa membuat forum debat capres menjadi murahan", ungkap dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement