Sabtu 14 Jun 2014 18:52 WIB

Dukungan Khusyuk untuk JK di Tengah Derasnya Hujan Ambon

Rep: Andi Ikhbal/ Red: Mansyur Faqih
Jusuf Kalla tampil berkampanye di depan massa pendukungnya di Lapangan Merdeka, Ambon, Maluku, Sabtu (14/6).
Foto: antara
Jusuf Kalla tampil berkampanye di depan massa pendukungnya di Lapangan Merdeka, Ambon, Maluku, Sabtu (14/6).

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Seorang perempuan berbaju putih dengan kerudung coklat berlari mendekati kerumunan depan balai panggung. Kondisi setengah kuyup tak mengurangi rasa antusias untuk melihat langsung Jusuf Kalla (JK) secara lebih dekat.

"Hidup Jokowi-JK," sahut Ona Tuasamu (48 tahun) sambil mengangkat salam dua jarinya kepada JK yang sedang menyapa para pendukungnya, Sabtu (14/6).

Ketika itu, Lapangan Merdeka di depan kantor Gubernur Maluku basah diguyur hujan yang sangat deras. Sebagian relawan dan simpatisan yang ikut kampanye, berteduh di dekat balai. Namun, tidak untuk Ona, sambil berpayungan, ia sabar menunggu kehadiran JK di pinggir kerumunan.

Memang masih banyak yang tak memperdulikan hujan. Mereka malah rela berbasah-basahan mengibarkan bendera Jokowi-JK dan partai politik mitra koalisi. Yaitu PDI Perjuangan, Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI. Ona merasa senang, ada wajah sumringah matanya tertuju langsung pada JK.

Sosok yang selama ini ia lihat di televisi, atau sebatas wajahnya di sablon baju seragam simpatisan yang dipakai, kini ada di depan matanya. Bukan hanya perempuan muslimah Ambon itu, tampaknya semua peserta kampanye merasakan hal serupa.

"Kalau ada Jokowi, kami pasti akan lebih ramai lagi berkumpul di lapangan ini, tidak masalah hujan besar dan basah sekali pun. Ini keseriusan kami kepada Jokowi-JK," ujar seorang simpatisan lainnya, Anthony (35).

JK meminta maaf sekaligus berterima kasih karena antusiasme masyarakat Ambon yang terlihat begitu serius. Di tengah derasnya hujan, mereka masih bersedia berdiri memberikan dukungan, bahkan enggan untuk berteduh.

Sebagai bentuk kehormatan, JK pun ikut merasakan hujan. Ia berdiri di ujung balai panggung, di mana tak ada atap yang menutupi sudut tersebut. Baju putih ciri khasnya selama kampanye mulai nampak basah, dan kaca matanya dihiasi tetesan air hujan.

"Dulu orang Eropa itu datang ke Indonesia, bukan mencari Jawa atau Sulawesi, tapi Maluku. Sebab, di sinilah sumber kekayaan negeri," ungkapnya dalam orasi politik.

Sahut-sahutan para peserta kampanye menggelegar seisi lapangan. Mereka tiada henti mencakar langit dengan kedua jarinya saat JK menyatakan kesiapan serta komitmennya ke depan jika terpilih kembali sebagai cawapres mendampingi Jokowi.

Namun, ada satu momentum saat mereka semua terdiam sejenak. Di antara hujan dan lembabnya pakaian, di tengah-tengah lapangan yang basah dan berair, para pendukung Jokowi-JK itu menunduk serta mengangkat tangan ketika doa dibacakan.

Ada tiga pihak agama yang mewakili pembacaan doa yakni Islam, Katolik dan Kristen. Seorang ustaz, pastur dan pendeta secara bergantian memimpin doa, dan seketika itu juga, hanya rintik hujan yang terdengar, lapangan pun hening.

JK memang dielu-elukan sebagai tokoh perdamaian di Ambon. Kehadirannya telah menyelamatkan masyarakat dari pertikaian dan pertumpahan darah. Sekarang, masyarakat di sana, hidup rukun satu sama lain dan saling menghargai.

"Kami telah dibantu untuk menikmati ketenangan. Konflik berakhir atas peran JK. Dukungan kami terhadapnya merupakan jawaban atas upaya JK di sini," kata Ketua Majelis Latu Pati Maluku, Boba Siloi.

Pada 12 Februari 2002 di Malino, sebuah kota kecil di punggung bukit Sulawesi Selatan, sebanyak 70 warga Maluku bersama pemerintah menandatangani perjanjian untuk mengakhiri konflik yang berlangsung sejak 1999.

JK juga mendapat gelar bangsawan dari dengan julukan Upu Latu Mei Maluku. Artinya, adalah bapak raja. Mantan gubernur Maluku, Karel Ralahallu menjelaskan, kehadiran JK ke Ambon menyatukan kembali tali persaudaraan. "Damai untuk Ambon, Jokowi dan JK ini ditunjuk Tuhan untuk memimpin negeri ini," sahut Karel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement