Kamis 05 Jun 2014 21:35 WIB

Jokowi dan Prabowo Jadi Sasaran Kampanye Jahat di Twitter

Twitter
Foto: REUTERS
Twitter

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media sosial Twitter menjadi sarana bagi para pendukung calon presiden dan calon wakil presiden untuk berkampanye.

Sayangnya, menurut Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (I2), Rustika Herlambang, kampanye di Twitter didominasi dengan kampanye jahat.  Baik Jokowi maupun Prabowo sama-sama menjadi sasaran kampanye jahat di Twitter.

Fakta itu terungkap setelah I2 melakukan analisis Twitter pada 1 Januari – 4 Juni 2014.  I2 adalah lembaga riset berbasis piranti lunak Artificial Intelligence (AI) untuk menganalisis indikasi politik, ekonomi, sosial di Indonesia melalui pemberitaan (media mapping).

"Jenis serangan kepada Jokowi lebih beragam, mulai dari Capres Boneka, Isu Tionghoa, Esemka, Antek Asing, Kristen, Pencitraan, Syiah, dsb," ujar Rustika dalam siaran persnya, Kamis (5/6). Ia menambahkan, isu selalu berganti dan sifatnya massif.

Sedangkan, kata dia, kampanye jahat  kepada Prabowo lewat Twitter relatif terbatas.  Menurut Rustika, isu penculikan selalu menduduki posisi tinggi dan hampir tunggal. "Baru dalam sebulan terakhir ditambah dengan isu ibu negara," tuturnya.

Rustika mengungkapkan, Jumlah serangan terhadap Jokowi pada 12 isu negatif di Twitter adalah 148.133.  "Serangan negatif untuk Prabowo di Twitter dengan enam misu negatif (dua dominan) adalah 12.090," ungkap Rustika.

Menurut dia, kampanye hitam di media sosial terhadap Jokowi jumlahnya 10 kali lipat dibanding Prabowo. "Eksposure kampanye hitam terhadap dua pasangan capres meningkat tajam menjelang pilpres," paparnya.

Busway karatan, kata Rustika, merupakan isu terbesar kampanye jahat dalam sebulan terakhir. Isu ini menempati porsi sebanyak 51 persen. "Jarak dengan isu selanjutnya, yakni Jokowi Tionghoa, Jokowi Pencitraan, cukup lebar. Dua isu terakhir ini dibicarakan sebanyak masing-masing 8 persen."

Sementara itu, lanjut Rustika, kampanye jahat yang dilakukan kepada Prabowo terpusat pada masalah penculikan sebanyak 6 persen, serta isu Ibu Negara, sebanyak 2 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement