Kamis 27 Mar 2014 13:01 WIB

Pengamat: AS Tak Dukung Pencapresan Prabowo

Rep: Stevy Maradona/Gita Amanda/ Red: Joko Sadewo
Edisi harian International New York Times yang memuat liputan capres Prabowo Subianto.
Edisi harian International New York Times yang memuat liputan capres Prabowo Subianto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik Indonesia dari Northwestern University Jeffrey Winters menyatakan masa lalu dan potensi menangnya calon presiden (capres) Greindra Prabowo Subianto menyiratkan sensitivitas bagi pemerintahan Barack Obama. Sensitivitas itu muncul karena ada hubungan yang sangat erat antara militer AS dan militer Indonesia di masa pelanggaran HAM oleh militer Indonesia.

"Pemerintah AS kelihatannya tidak mendukung pencapresan Prabowo, atau bersiap-siap kalau misalnya Prabowo menang," kata Winters dalam artikel berjudul 'Candidate's run raises rights concerns' yang

diturunkan International New York Times edisi Asia, Kamis (27/3).

Winters mengatakan, posisi Indonesia sangat penting bagi AS bilamana terjadi kebekuan hubungan antarkedua negara. Ini mungkin terjadi seandainya Prabowo memenangkan Pemilihan Presiden 2014.

Winters mengatakan, Indonesia dan AS punya kerja sama ekonomi yang erat. Begitu juga kerja sama bidang keamanan. Indonesia, tambah dia, juga dikenal AS sebagai negara dengan jumlah penganut Islam terbesar

di dunia.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto jadi sorotan internasional. Harian International New York Times edisi Asia Kamis menurunkan berita serta foto Prabowo di halaman satu mereka. Isi

berita itu menyiratkan kekhawatiran pegiat HAM soal masa lalu Prabowo yang pernah menculik aktivis.

Wartawan International New York Times, Joe Cochrane, menulis Prabowo ikut ambil bagian dalam salah satu episode tergelap HAM di Indonesia. "Pencalonan Prabowo mengundang kekhawatiran dari pegiat HAM dalam

negeri dan internasional karena sebelumnya Komnas HAM Indonesia pernah merekomendasikan Prabowo untuk disidang terkait penculikan aktivis prodemokrasi di akhir 1990-an," demikian Cochrane.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement