Rabu 26 Mar 2014 08:35 WIB

Bisnis Pengerahan Massa Kian Laris, Bukti Pendidikan Politik Tidak Berjalan

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Hazliansyah
  Ibu-ibu peserta kampanye terbuka Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) di GOR Mampang Prapatan, Jakarta, Senin (17/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Ibu-ibu peserta kampanye terbuka Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) di GOR Mampang Prapatan, Jakarta, Senin (17/3). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bisnis pengerahan massa pada saat kampanye saat ini semakin laris. Massa dari sejumlah wilayah dikerahkan dan diberikan uang untuk menghadiri kampanye parpol.

"Ini sudah terlihat dimana-mana," jelas Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah, Faisal Nurdin Idris, Rabu (26/3). 

Pada saat kampanye digelar, massa berdatangan dalam jumlah besar. Ada yang sampai seribu, bahkan puluhan ribu. Mereka semua dimobilisasi pengerah massa. Masing-masing warga mendapatkan sejumlah uang untuk menghadiri kampanye.

Faisal menyatakan fenomena ini menandakan tidak berjalannya pendidikan politik di Indonesia. Massa menghadiri kampanye karena diiming-imingi uang. Alasannya, uang itu diberikan sebagai pengganti biaya transportasi.

Ketika menghadiri kampanye, mereka disuguhkan joget dangdut dan hiburan seni. Kemudian mereka diberikan pengarahan untuk mencoblos nomor urut partai. 

"Disini tidak ada pemahaman mengenai strategi dan rencana partai ketika mimpin Indonesia," imbuhnya.

Masyarakat akhirnya semakin enggan terlibat dalam aktivitas politik. Mereka lebih memilih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Faisal mengharapkan parpol dapat mendekati masyarakat dengan lebih baik. Sentuhan-sentuhan batin harus dilakukan parpol agar masyarakat mau berpolitik. Setidaknya mereka mau memahami strategi, visi, dan misi parpol. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement