Ahad 13 Jul 2014 03:04 WIB

Akademisi: Janggal Lembaga Survei tak Transparan

Tampilan hasil hitung cepat Pilpres 9 Juli lalu, yang dilakukan RRI.
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Tampilan hasil hitung cepat Pilpres 9 Juli lalu, yang dilakukan RRI.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dekan Fisipol UGM Yogyakarta, Erwan Agus Purwanto, menilai ada kejanggalan manakala lembaga survei yang justru tidak bersedia untuk datang menjelaskan ke publik dengan berbagai alasan serta tidak mau dibedah prosedur ilmiah oleh Dewan Etik Persepi.

"Lembaga survei yang seperti itu pantas dicurigai bahwa lembaga tersebut telah menyalahgunakan metode ilmiah untuk mencapai tujuan politik," katanya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu kemarin.

Menurut dia, tindakan seperti itu tentu sangat tidak etis karena lembaga survei sudah gunakan ilmu sihir untuk kegelapan demokrasi. Ia menjelaskan, metodologi menjadi salah satu pilar penting dari 'quick count', yakni prosedur ilmiah yang harus diikuti sehingga bisa memprediksi dengan akurasi yang tinggi.

Ia mengatakan hitung cepat atau "quick count" seharusnya dilakukan bukan dengan ilmu sihir. "Oleh karena itu, demi kepentingan publik lembaga survei harus mau diaudit dan dibedah secara ilmiah," kata Erwan.

Dengan cara itu, tambah dia, akan ditemukan siapa yang keliru menerapkan prosedur atau metode penelitian.

Tujuh lembaga survei terkait hasil hitung cepat yang memuat hasil saling bertentangan, sehingga dijadikan dasar bagi kedua pasangan Capres-Cawapres mengklaim kemenangan diancam akan diaudit Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi).

"Kami akan mengaudit anggota lembaga survei yang bernaung di bawah Persepi, untuk klarifikasi, apakah metodologi mereka sesuai dengan keilmuan? Apakah proses dilakukan sesuai dan tidak melanggar kode etik? Dan, itu akan kami umumkan ke publik mengenai, misalnya klaim oleh kedua belah pihak itu," kata Hamdi Muluk, Anggota Dewan Etik Persepi, beberapa hari lalu.

Ke-7 lembaga survei itu adalah Lembaga Survei Indonesia (LSI), Indikator, SMRC, Cyrus Network, Populi Center, JSI, dan Puskaptis.

Dari keseluruhan lembaga itu, JSI dan Puskaptis merilis hasil yang berbeda dengan lembaga survei lainnya di mana mayoritas di antaranya meyakini pasangan Capres-Cawapres nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf yang muncul sebagai pemenang dalam "quick count" atau hitung cepat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement