Jumat 13 Jun 2014 15:15 WIB

Jubir Jokowi-JK Kritik Prabowo

Wakil Sekjen DPP PDIP Hasto Kristianto bersama Ketua DPP Partai Golkar Yoris Raweyai saat paparan hasil survey calon presiden pada Pemilu 2014 di Jakarta, Rabu (29/1).
Foto: Wihdan Hidayat
Wakil Sekjen DPP PDIP Hasto Kristianto bersama Ketua DPP Partai Golkar Yoris Raweyai saat paparan hasil survey calon presiden pada Pemilu 2014 di Jakarta, Rabu (29/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Joko Widodo-Jusuf Kalla, Hasto Kristianto menilai, orasi Prabowo Subianto saat berkampanye di Aceh lebih merefleksikan pengalaman pribadi ketimbang membangun demokrasi sehat. 

Alasannya, kata dia, orasi Prabowo yang mengatakan mudahnya menguasai Indonesia merupakan bentuk pidato dengan orientasi kekuasaan belaka.

"Kampanye beliau di Aceh yang menyatakan alangkah mudahnya menguasai Indonesia. Cukup beli parpolnya saja lebih merupakan refleksi pengalaman pribadi dibandingkan dengan ajakan untuk membangun demokrasi sehat," ucap Hasto di Jakarta, Kamis (12/6).

Hasto menambahkan, apa yang diucapkan Prabowo itu tanpa sadar telah menganjurkan rakyat untuk tidak memilih dirinya. Untuk itu, dia menyarankan sebagai politisi seharusnya pihaknya harus berhati-hati dalam bicara.

"Tuhan telah menunjukkan kebenaran di Aceh sehingga Pak Prabowo berpidato seperti itu. Menjadi politisi itu harus hati-hati dalam bicara. Niat untuk membangun sesuatu yang ideal, namun tidak sesuai dengan tindak-tanduknya, bisa menjadi bumerang," ujar wakil sekjen PDIP itu.

Selain itu, menurut dia, ucapan pemimpin juga dapat dijadikan tolak ukur dan cerminan seseorang. Dengan demikian, jika ada pemimpin yang hanya mengedepankan keterampilan bicara, namun miskin keteladanan. 

Bahkan, kritik dia, dengan mengatakan pihak lain sebagai kurawa dan dirinya merasa suci dan bersih seperti Pandawa, adalah contoh orasi Prabowo sebagai manifestasi pengejar kekuasaan belaka.

"Menjadi pemimpin itu diukur dari satunya kata dan perbuatan. Orasi seharusnya menjadi cerminan nurani. Kata-kata yang keluar dari mulut adalah cermin kepribadian seorang pemimpin," ujarnya.

Hasto menyatakan, yang dilakukan ketua dewan pembina Partai Gerindra tersebut berbanding terbalik dengan calon presiden PDIP, Jokowi. Pasalnya, Jokowi merupakan sosok pemimpin yang mengedepankan orasi nurani.

"Orasi yang diikuti oleh rasa dan seluruh panca indra pemimpin terhadap kondisi rakyat Indonesia yang masih hidup dalam berbagai kesulitan dasar," kata Hasto. 

Dia melanjutkan, Jokowi dengan kesederhanan sikap dan kata-katanya, justru cermin pemimpin yang berkepribadian Indonesia . Tidak heran, kemanapun Jokowi pergi, rakyat menyambutnya dengan penuh antusias, tanpa harus dimobilisasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement