Kamis 12 Jun 2014 08:26 WIB

Hatta: Siapa yang Menguasai Laut, Menguasai Perdagangan

Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto (kiri) dan Hatta Rajasa (kanan) memberikan sambutannya usai pengundian dan penetapan nomor urut peserta Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Ahad (1/6). K
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto (kiri) dan Hatta Rajasa (kanan) memberikan sambutannya usai pengundian dan penetapan nomor urut peserta Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 di Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Ahad (1/6). K

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Calon wakil presiden Hatta Rajasa menyatakan, mengembangkan industri maritim di Indonesia sebagai pilar pembangunan bangsa akan mampu membawa Indonesia menjadi lebih baik.

"Kemampuan kita pada industri maritim sebagai pilar strategi pembangunan bangsa kita kedepan," kata Hatta saat memberikan sambutan pada seminar nasional dalam peringatan World Oceans Day Launching di gedung Merdeka, Bandung, Rabu (11/6).

Dia menyatakan, melalui industri maritim itu Indonesia dengan memiliki kemampuan perdagangan laut maka akan menjadikan bangsa Indonesia lebih kuat, maju dan berkembang. "Siapa yang akan menguasai laut ini ke depan dalam konteks ini menjadi strategis menguasai perdagangan," katanya.

Hatta berharap kedepan transportasi perdagangan antar-pulau di wilayah kedaulatan Indonesia hanya dapat dilakukan oleh kapal-kapal Indonesia. "Industri negara maritim dengan kemampuan perdagangan yang kuat maka kita bisa menjadi macan di asia," kata Hatta yang pencalonannya mendampingi calon Presiden Prabowo.

Ketua umum PAN Itu menegaskan, Indonesia harus konsisten menempatkan bangsa sebagai bangsa bahari dengan kekayaan alam dan potensi kelautan Indonesia. Dia menyampaikan, pentingnya kelautan yang bukan hanya diterapkan geo ekonomi tetapi geo strategis dan geopolitik.

Hakikat negara maritim lanjut dia harus menjadi kuat pada sektor perdagangan laut yang tak terkalahkan di dunia. "Filosofis semacam itu harus menjadi kerangka kebijakan kita ini lima sampai 10 tahun kedepan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement