Sabtu 19 Apr 2014 11:41 WIB

Pembentukan Poros Baru Bisa Gagal

 Sekretaris Majelis Pertimbangan Partai MPP Partai Amanat Nasional (PAN) Azwar Abubakar saat menghadiri Konferensi Bersatu untuk menangkan Islam di Cikini, Jakarta, Kamis (17/4).  (Antara/M.Agung Rajasa)
Sekretaris Majelis Pertimbangan Partai MPP Partai Amanat Nasional (PAN) Azwar Abubakar saat menghadiri Konferensi Bersatu untuk menangkan Islam di Cikini, Jakarta, Kamis (17/4). (Antara/M.Agung Rajasa)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Pol Tracking Institute Hanta Yudha mengatakan pembentukan poros baru bisa gagal apabila pertemuan tokoh dan politisi Islam di Cikini, Kamis (17/4), hanya bermuara kepada dukungan terhadap partai tiga besar versi hitung cepat.

"Sejak hari pertama diumumkan 'quick count' ada prediksi tiga koalisi, yakni koalisi PDIP, Golkar dan Gerindra. Kalau partai Islam ini bikin poros baru ya berarti memang harusnya benar-benar baru, tetapi kalau bergabung dengan salah satu dari tiga partai itu, namanya bukan poros baru," ujar Hanta Yudha dalam diskusi bertajuk "Ragu-Ragu Poros Baru" yang diselenggarakan Sindo Trijaya di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (19/4).

Hanta menyampaikan sejatinya gagasan Koalisi Indonesia Raya bisa menjadi peluang luar biasa bagi partai Islam untuk benar-benar bergabung. Namun koalisi partai Islam yang benar-benar menggalang poros baru juga berat.

"Kalau memunculkan nama capres sendiri di luar nama 'mainstream' seperti Prabowo, Jokowi dan Aburizal Bakrie baru menarik, tapi peluangnya kecil karena partai Islam butuh menghadirkan figur baru yang kuat yang bisa menyatukan partai Islam," katanya.

Selain itu, tambahnya, andaikata ada kesepakatan mengenai sosok capres partai Islam, kendala lainnya adalah menentukan pengusungan cawapres.

"Untuk cawapres juga terkendala karena semua partai Islam memiliki nama yang diusung," ujar dia.

Hanta mengatakan jika partai Islam benar-benar ingin menggalang poros baru, maka diperlukan figur yang dapat memikul peran jejaring komunikasi, layaknya peran Amien Rais pada awal terbentuknya era reformasi di 1999.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement