Selasa 15 Apr 2014 07:00 WIB

Jika Gabung Gerindra, Demokrat Diprediksi Dapat Dua Kursi Ini

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) bersama petinggi partai menyanyi bersama seusai saat rapat umum Partai Demokrat di Jakarta, Kamis (3/4).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (tengah) bersama petinggi partai menyanyi bersama seusai saat rapat umum Partai Demokrat di Jakarta, Kamis (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pengamat politik dari Universitas Jayabaya Igor Dirgantara mengatakan, konsekuensi yang harus dipikul Partai Demokrat jika berkoalisi dengan Partai Gerindra dalam Pemilu Presiden 2014 adalah peluang redupnya trah atau keturunan Cikeas sebagai pemimpin pemerintahan.

"Jika Demokrat berkoalisi secara rasional dengan Gerindra maka masalahnya cuma satu yaitu bisa saja trah Cikeas akan redup," kata Igor dihubungi dari Jakarta, Senin (14/4) malam.

Menurut dia, salah satu peluang penerus trah Cikeas saat ini adalah sosok Pramono Edhi Wibowo yang sekarang menjadi salah satu peserta konvensi capres Partai Demokrat.

Jika Demokrat berpikir rasional dengan berkoalisi dengan Gerindra maka kemungkinan besar Pramono Edhie Wibowo hanya akan memperoleh jabatan Menkopolkam.

Sedangkan Susilo Bambang Yudhoyono diperkirakan akan merestui Ketua Umum PAN Hatta Rajasa sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto.

Igor mengatakan, koalisi Demokrat yang paling rasional adalah dengan Partai Gerindra yang saat ini mengusung Prabowo Subianto selaku calon presiden (capres). Sebab berdasarkan hitung cepat suara Pemilu Legislatif 2014, perolehan suara Demokrat masih berada di bawah Gerindra.

"Sehingga yang masuk akal bagi Demokrat jika berkoalisi dengan Gerindra adalah cawapres plus menteri, bukan lagi capres. Apalagi Demokrat sudah tidak memiliki sosok seperti SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) yang pada Pilpres 2004 mampu unggul meskipun hanya meraih tujuh persen suara," kata dia.

Dia mengatakan, redupnya trah Cikeas serupa dengan yang dialami PDI Perjuangan. Partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu mau tidak mau harus merelakan redupnya trah Soekarno yakni Puan Maharani untuk bisa langsung mendampingi Jokowi sebagai cawapres, lantaran PDIP gagal meraup suara di atas 20 persen.

"Posisi Puan Maharani sekarang hanya mungkin untuk mengambil jatah menteri dalam kabinet nanti jika koalisi Jokowi yang menang," ujar Igor.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement