Rabu 23 May 2018 12:10 WIB

GIIAS akan Deklarasi Standar Emisi Euro 4

Standar emisi di Indonesia akan ditingkatkan dari Euro 2 menjadi Euro 4

Rep: Rossi Handayani/ Red: Hiru Muhammad
Suasana pengunjung H-1 jelang penutupan event Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 di ICE BSD City Serpong, Tangerang, Sabtu (19/8).
Foto: Febrianto Adi Saputro
Suasana pengunjung H-1 jelang penutupan event Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017 di ICE BSD City Serpong, Tangerang, Sabtu (19/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajang pameran otomotif  Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS), yang berlangsung 2 hingga 12 Agustus mendatang. akan menjadi kesempatan bagi kalangan industri otomotif untuk mendeklarasikan penggunaan bahan bakar standar Euro 4 di tanah air. 

"Kami bekerja sama dengan pemerintah akan deklarasikan masuk ke Euro 4, penggunaan Euro 4 ini merupakan giant step," kata Ketua Umum Gaikindo, Yohanes Nangoi, di Jakarta Selasa (22/5). 

Penetapan emisi tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2017 tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, N, dan O atau yang lebih dikenal dengan Standar Emisi Euro IV. Indonesia membutuhkan penggunaan bahan bakar dengan standar Euro 4. "Mudah-mudahan ada perwakilan dari pemerintah yang akan deklarasi, ini sangat penting," kata Nangoi

Standar emisi di Indonesia akan segera ditingkatkan dari awalnya Euro 2 menjadi Euro 4. Perubahan ini akan segera dilakukan untuk menciptakan kendaraan yang ramah lingkungan. Standar emisi yang semakin meningkat berkaitan dengan kualitas bahan bakar minyak yang digunakan. Pemerintah juga kini tengah menyiapkan bahan bakar dengan standar Euro 4 secara bertahap.

Dalam kesempatan tersebut Nangoi juga menyinggung keberadaan mobil listrik. Menurutnya, kendaraan listrik di Indonesia sebaiknya menggunakan bahan bakar non emisi seperti angin atau air, bukan batubara yang dianggap kurang tepat. Selain itu sebelum memutuskan beralih ke listrik, harus difikirkan produksi baterai bagi kendaraan listrik. 

Saat ini di dunia hanya tiga negara yang memproduksi baterei listrik kendaraan yakni Cina, Korea dan Jepang. Indonesia apabila ingin terjun memproduksi baterei listrik, akan menjadi negara keempat di dunia.

Selain memproduksi baterai juga harus difikirkan limbah baterai yang harus diganti setelah digunakan 10 hingga 15 tahun. "Limbah beracun harus didaur ulang supaya aman," katanya. 

Keberadaan mobil listrik akan memenuhi nilai ekonomis apabila seluruh produksinya dilakukan di tanah air dengan kandungan lokal yang tinggi. Apabila tidak akan merugikan industri itu sendiri karena dianggap tidak kompetitif. Karena itu perlu dana besar bagi risetnya.

"Kami dukung mobil listrik di tanah air, jangan hanya jadi tukang jahit, tidak bagus," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement