Kamis 15 Sep 2011 20:38 WIB

Produsen Mobil Ramai-ramai Kurangi Emisi Gas

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Turbin angin dan panel surya kini jadi pemandangan biasa di pabrik-pabrik kendaraan. Pengurangan emisi karbon bukanlah hanya pada kendaraan yang mereka buat tapi juga mencakup seluruh rantai produksi.

"Bukankah masuk akal jika kami punya tujuan mengurangi emisi CO2 kendaraan hingga nol sekaligus mengurangi berton-ton gas emisi saat membuatnya," kata Christian Mohrdieck, direktur untuk fuell cell dan pengembangan baterai di Daimler seperti dikutip AFP.

"Kita harus melihat pengurangan emisi dalam seluruh rangkaian produksi," katanya.

Jerman telah memutuskan untuk tidak menggunakan energi nuklir di masa mendatang dan sebagai gantinya adalah penggunaan energi terbarukan. Pabrik kendaraan di Jerman berada di barisan depan dalam arah tersebut.

Mulai 2013, BMW memasang turbin angin di pabrik Leipzig yang merakit kendaraan listrik dan hybrid yaitu i3 dan i8.

VW telah menggelontorkan investasi miliaran euro untuk  energi terbarukan dan sudah siap mengakuisisi saham kincir-kincir raksasa di North Sea.

Renault, raksasa otomotif Prancis, sesumbar akan mendirikan pabrik "nol karbon" di Tangiers, Morocco. Pabrik itu menggunakan tenaga turbin angin ditambah generator biomassa untuk steam dan pemanasan. Limbah produksi didaur ulang.

Pabrik yang menggunakan energi terbarukan juga menarik dari sisi investasi sehingga Renault berencana melengkapi pabrik-pabriknya dengan panel surya mulai 2012.

Jean-Philippe Hermine, direktur lingkungan Renault, mengatakan bahwa langkah tersebut bukanlah untuk menggantikan sepenuhnya pembangkit yang sudah ada namun hanya "mendampingi" litbang infrastruktur baru untuk kendaraan-kendaraan ramah lingkungan.

Masih ada tantangan untuk energi terbarukan. Listrik dari pembangkit minyak bumi dan batu bara ataupun reaktor nuklir  bisa dinaik-turunkan tergantung permintaan sedangkan listrik dari angin maupun panel surya tidak bisa. Jadi, masih diperlukan teknologi untuk menyimpan energi terbarukan tersebut.

"Terkadang satu-satunya pilihan adalah menjual murah surplus energi terbarukan atau membuangnya begitu saja," kata Reinhard Otten, kepala proyek "e-gas" Audi.

Teknologi yang sedang dikembangkan Audi adalah penggunaan listrik tenaga angin untuk menghasilkan hidrogen secara elektrolysis.  Hidrogen tersebut itu bisa digunakan untuk menghasilkan metana sintetik yang secara kimia identik dengan gas alam dan dapat memasok bahan bakar untuk mesin konvensional. Audi akan membangun mesin bertenaga e-gas mulai 2013.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement