Sabtu 27 Sep 2014 17:40 WIB

Bakti Li Na untuk Anak-anak

Rep: Wahyu Syahputra/ Red: Didi Purwadi
Li Na
Foto: Reuters/Petar Kujundzic
Li Na

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Setelah menjalani tiga kali operasi lutut kanannya, Li Na tahu kariernya mulai terancam ketika cedera pindah ke lutut kirinya pada Maret 2014.

''Ini cedera baru buatku. Kini, tekanan dalam tenis wanita sangat tinggi. Jika anda ingin menjaga tetap dalam level tertinggi, anda harus memiliki tubuh yang bugar. Tapi, aku tidak memiliki itu,'' kata Li Na kepada New York Times.

Li Na mengakui sudah waktunya ia mengucapkan salam perpisahan dalam dunia tenis. ''Sudah bukan diriku lagi jika memaksakannya,'' kata dia.

Li Na menjalani operasi pada akhir Juli dan terus merasakan sakit di lututnya. Operasi yang kesekian kalinya justru tidak menolong fisik Li Na yang membutuhkan kebugaran untuk bertanding.

Ketika publik membutuhkan kepastian, Li Na membuat konferensi pers di Beijing. Dengan berlinang air mata, Li Na bangga dengan karier dan baktinya kepada dunia tenis selama ini.

''Aku tidak menyesal buat keputusan ini. Ketika aku tanya diriku, jika aku pensiun, apakah aku akan menyesal? Hatiku mengatakan, tentu tidak karena aku sudah mencoba hal yang terbaik dalam karierku,'' kata dia.

Kemudian, air mata juga datang dari salah satu podium ketika reporter mulai menangis dalam sesi tanya jawab. Reporter itu tergagap ketika mengajukan pertanyaan. Li Na menyambutnya dengan tangisan dan ia pun memberikan tisu kepada reporter tersebut.

Li Na yang menurut Forbes merupakan atlet wanita urutan kedua dengan bayaran tertinggi di dunia setalah Maria Sharapova mengaku akan istirahat sementara dan fokus terhadap kehidupannya untuk membantu anak-anak bermain tenis.

''Mungkin selama dua bulan saya santai. Tapi, hidup harus terus berlanjut. Jauh di dalam hati, saya masih ingin membantu tenis untuk anak-anak,'' kata dia.

Li Na sudah mencari bibit-bibit untuk berjaya di dunia tenis dengan memasukkannya ke Akademi Tenis Li Na. Di dalam akademi tersebut, anak-anak akan diajarkan dengan metode barat dalam pembelajaran dan Cina dalam kedisiplinan. Li Na juga akan fokus kepada isu-isu anak yang terlantar karena kemiskinan dan terinfeksi HIV.

Pemain asal Cina yang berumur 32 tahun ini meraih Grand Slam pertamanya pada usia 29 tahun di Prancis Terbuka (2011). Tiga tahun berikutnya, ia meraih Grand Slam keduanya di Australia Terbuka (2014) dengan mengalahkan Dominika Cibulkova.

Li Na merupakan petenis pertama Cina yang mampu sampai ke perempat final Grand Slam di Wimbledon pada 2006. Ia juga awalnya diketahui bermain bulu tangkis sebelum pindah ke arena tenis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement