Senin 05 Dec 2016 22:14 WIB

Lorenzo: Pembalap MotoGP Lebih Berani daripada F1 (bagian 1)

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Andri Saubani
Jorge Lorenzo
Foto: EPA/FAZRY ISMAIL
Jorge Lorenzo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Juara dunia MotoGP tiga kali, Jorge Lorenzo menyempatkan diri mencoba mobil Mercedes F1 milik Lewis Hamilton di Silverstone beberapa waktu lalu. Pembalap Spanyol ini membahas pengalamannya tersebut secara mendalam. Berikut petikan wawancaranya, dilansir dari Motorsport, Senin (5/12).

T: Bagamana rasanya mencoba mobil F1?

J: Kekuatan mesinnya menakjubkan, terutama grip di sudut-sudut. Anda tak bisa terlambat mengerem sebab tikungannya cepat, demikian juga downforce mobil dan cengkeremannya. Gigi tiga di motor MotoGP itu sama dengan gigi tujuh di F1, jadi perbedaannya sangat besar.

Saya sempat mencoba mobil F2 dua hari sebelumnya di Snetterton dan rasanya sulit dikendarai. Mesinnya sedikit tegang dan roda kemudinya sulit dikendalikan. Tapi, ketika saya mencoba simulator Mercedes, wow, ini jauh lebih mudah. Mungkin simulatornya terlalu mudah, namun aslinya sulit. Namun, ketika saya mencoba mobil aslinya, kemudinya begitu halus, aliran tenaganya konstan, sedikit grippy, namun sangat mudah memacu kecepatan.

T: Apakah Anda sempat mencapai kecepatan tinggi?

J: Awalnya saya mulai dengan pelan dan tenang sebab tak ingin membuat kekacauan atau kecelakaan. Kemudian sampai di akhir saya bisa mencapai kecepatan maksimal dan mencatat waktu putaran yang bagus.

T: Di mana bagian mudahnya?

J: Saya pikir membuat satu putaran cepat relatif mudah. Hal paling sulit adalah setelah setengah jam menyetir pada kecepatan yang sama. Inilah yang saya pikir membedakan driver profesional dengan pemula di F1. Sama halnya dengan pembalap-pembalap MotoGP yang bisa cepat di awal, namun setengah jam berikutnya saat ban sudah panas, suhu tinggi, kami tetap tak boleh kehilangan konsentrasi dan konsistensi.

T: Bagaimana rasanya fisik di F1?

J: Lebih mudah dari yang diperkirakan. Tapi, saya rasa akan sulit bertahan satu ras di dalam mobil dengan kecepatan dan presisi sama. Tapi, seperti yang saya katakan tadi, kemudinya sangat halus, aliran tenaganya halus, sehingga driver bisa lebih santai di dalam mobil. Tanpa itu semua pastinya sulit.

T: Apakah Anda berencana mencoba lagi tes di F1?

J: Jika saya punya waktu, jika mereka memberikan saya kesempatan lagi, saya pasti menerimanya. Saya pasti ingin mengulanginya. Kita lihat saja nanti. Saya ingin mencoba sirkuit lain dan melihat bagaimana evolusi mobilnya.

T: Bagaimana kontrol di F1?

J: Ya, ini salah satu bagian tersulit. Di MotoGP, kami hanya memiliki dua tombol, yaitu satu untuk kontrol taksi, dan satu lagi untuk engine brake. Di F1, Anda memiliki 30 atau 40 tombol kontrol. Kemarin saya hanya menggunakan dua atau tiga. Menghapal seluruh tombol sembari berlomba adalah satu hal paling rumit. Jadi, F1 kali ini saya rasa lebih sulit dibanding F1 sebelumnya ketika ajang ini masih menggunakan roda kemudi dan gearbox

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement