Ahad 08 Oct 2017 18:47 WIB

Ratusan Siswa Ikuti Final Olimpiade Matematika dan Sains KPM

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Peserta mengikuti final Olimpiade Matematika dan Sains Indonesia (OMSI).
Foto: Dadang Kurnia
Peserta mengikuti final Olimpiade Matematika dan Sains Indonesia (OMSI).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Sebanyak 657 putra-putri terbaik Indonesia mengikuti final Olimpiade Matematika dan Sains Indonesia (OMSI) kedua yang digelar Klinik Pendidikan MIPA (KPM) di Gelanggang Olahraga Delta Sidoarjo, Jalan Pahlawan, Magersari, Sidoarjo, Jawa Timur, Ahad (8/10). Para peserta final tersebut, berhasil menyisihkan lawan-lawannya di putaran pertama, di mana pada putaran pertama ajang itu diikuti 5.960 siswa-siswi kelas 5 dan kelas 6 SD.

"Final OMSI ini diikuti 657 putra-putri terbaik Indonesia. Pada putaran pertama ada 5.960 peserta dari 287 sekolah 13 provinsi dan 41 kabupaten/kota," kata Presiden Direktur KPM, Ridwan Hasan Saputra saat ditemui Republika di lokasi.

Selain final OMSI, pada kesempatan yang sama, digelar pula seminar bagi orang tua dan para guru yang mengantar siswa-siswinya, dengan pematerinya adalah Ridwan Hasan Saputra. Seminar teraebut kata Ridwan, adalah untuk mengembangkan cara berpikir supranasional.

"Kita ingin mengajak dan memperkenalkan kepada masyarakat tentang cara berpikir suprarasional. Jadi menajdikan Allah SWT sebagai tujuan dan penolong," ujar Ridwan.

Ridwan menjelaskan, Bangsa Indonesia ini tidak akan menkadi besar dan mampu bersaing jika cara berpikirnya masih rasional. Itu tak lain, karena secara rasional, atau hukum alam Indonesia akan sangat sulit mengalahkan negara-negara seperti Korea, Cina, Amerika Serikat, Jeeman dan negara lainnya yang sudah lebih maju.

"Bagaimana supaya menjadi negara besar, yang bisa bersaing? Ya menjadikan Allah sebagai tujuan dan penolong. Jadi siapa pun yang berpikir suprarasional akan menjadi orang besar," katanya.

Menurutnya, diselenggarakannya event tersebut adalah untuk memotivasi anak-anak dalam belajar matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains. Ia mengakui selama ini memang banyak diselenggarakan olimpiade matematika dan IPA.

Tetapi, olimpiade kedua ilmu tersebut biasanya diselenggarakan secara terpisah. Sehingga, siswa-siswi yang pintar matematika bisa eksis di mana-mana karena mengikuti olimpiade matematika. Begitupun yang pintar di bidang sains.

"Ini uniknya soal matematika dan IPA digabung. Banyak anak-anak yang pinter matematika tidak lolos karena bisa jadi yang matematikanya bagus IPA-nya jelek. Begitu pun kebalikannya. Jadi kita cari yang seimbang," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement