Sabtu 05 Aug 2017 18:47 WIB

Inasgoc Kerja Sama Laboratorium India untuk Antidoping

Chairman OCA Medical Services Committee & Anti-Doping Commision Dr. Jegathesan Manikavasagam (tengah), Direktur Medical & Doping Control INASGOC dr Leane Suniar Manurung (kiri), dan wakilnya, Wiweka (kanan) menggelar jumpa pers terkait antisipasi doping Asian Games 2018, di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (5/8).
Foto: REPUBLIKA/Gilang Akbar Prambadi
Chairman OCA Medical Services Committee & Anti-Doping Commision Dr. Jegathesan Manikavasagam (tengah), Direktur Medical & Doping Control INASGOC dr Leane Suniar Manurung (kiri), dan wakilnya, Wiweka (kanan) menggelar jumpa pers terkait antisipasi doping Asian Games 2018, di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (5/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panitia Penyelenggara Asian Games (Inasgoc) 2018 akan bekerjasama dengan laboratorium di India dalam program anti-doping penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang.

"Kami memilih laboratorium di India untuk menyesuaikan kondisi anggaran di Indonesia karena beberapa laboratorium di Korea, Jepang, Thailand, ataupun Australia sangat ketat soal aturan pembayaran," kata Direktur Departemen Kesehatan dan Pengendalian Doping Inasgoc Leane Suniar Manurung di sela-sela pertemuan dengan Komisi Anti-Doping dan Komite Layanan Medis Dewan Olimpiade Asia (OCA) di Jakarta, Sabtu (5/8).

Selain terkait aturan pembayaran, pemilihan laboratorium di India juga terkait jadwal pengujian sampel yang tidak penuh. "Kalau di Jepang, jadwalnya penuh," kata Leane.

Leane menegaskan laboratorium yang akan dipakai INASGOC merupakan laboratorium yang telah memenuhi akreditasi dari Komisi Anti-Doping OCA dan telah menangani uji sampel sebanyak tiga ribu sampel setiap tahun. "Laboratorium di Indonesia tidak sanggup untuk menerima sampel sebanyak itu setiap tahunnya," kata dia. 

Belum lagi terkait biaya pengujian yang mencapai Rp 5,5 juta hanya untuk botol dan urine sampel. "Biaya itu belum termasuk tenaga medis, transportasi, dan sebagainya," kata Leane.

Ketua Komisi Anti-Doping dan Komite Layanan Medis OCA Jegathesan Manikavasagam mengatakan OCA akan memberikan bantuan 10 tenaga medis internasional untuk program Anti-Doping Asian Games 2018. "Sepuluh tenaga medis itu akan mewakili semua kawasan di Asia dan kami akan langsung memilih para pakar di bidang doping itu," ujar Jegathesan.

OCA, lanjut Jegathesan, belum menyetujui laboratorium yang akan dipakai oleh Inasgoc. OCA mengharapkan pengujian sampel doping bukan hanya dengan urin melainkan juga dengan darah. "Inasgoc yang akan menunjuk laboratorium anti-doping. Tapi, mereka harus melaporkan dan mendapatkan persetujuan OCA. Terkait peralatan, laboratorium yang ditunjuk harus terakreditas Badan Anti-Doping Dunia (WADA).

Wakil Direktur Departemen Kesehatan dan Pengendaalian Doping INASGOC Wiweka mengatakan tiga faktor pertimbangan penentuan laboratorium anti-doping Asian Games 2018. "Pertama, laboratorium itu harus terakreditasi WADA. Kedua, faktor logistik atau pengiriman sampel ke laboratorium. Ketiga, biaya untuk pengujian sampel," ujar Wiweka.

Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI) akan bekerjasama dengan laboratorium terakreditasi WADA untuk mengontrol doping selama penyelenggaraan Asian Games 2018. Langkah itu sebagai strategi INASGOC menyusul ketiadaan laboratorium di Indonesia yang mendapatkan akreditas WADA. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement