Jumat 20 Oct 2017 11:59 WIB
3 Tahun Jokowi-JK

3 Tahun Jokowi-JK, Target Prestasi & Anggaran Belum Selaras

Lifter Indonesia Edi Kurniawan melakukan angkatan snatch dalam final angkat besi kelas 85 kg putra SEA Games XXIX Kuala Lumpur di Mitec, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (30/8).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Lifter Indonesia Edi Kurniawan melakukan angkatan snatch dalam final angkat besi kelas 85 kg putra SEA Games XXIX Kuala Lumpur di Mitec, Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (30/8).

Oleh Fitriyanto

Wartawan Republika

Pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla mencatat sejumlah pencapaian di bidang olahraga selama tiga tahun memimpin. Ini mulai dari pembangunan infrastruktur sarana olahraga, olahraga masyarakat, perhatian terhadap atlet difabel, dan perkembangan olahraga yang memiliki basis pendukung seperti sepak bola, bola basket, bulu tangkis, dan bola voli. 

Dari beberapa kemajuan yang digapai dalam tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK tentu tak lepas dari kekurangan. Di antaranya kegagalan pada SEA Games 2017, di mana Indonesia hanyamenempati peringkat-5 dengan hanya merebut 38 emas, 63 perak dan 90 perunggu. 

Padahal, target yang dicanangkan adalah 55 keping medali emas. “Untuk prestasi Olahraga memang ada penurunan dan ini harus dibenahi,” kata Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir. 

Bos Mahaka Media ini berharap kegagalan tersebut menjadi pelajaran dan tidak terulang lagi. “Apalagi, kita akan menjadituan rumah Asian Games 2018, dan membidik posisi 10 besar dengan perkiraan emasyang diraih 15-20 emas,” ujar Erick.

Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) Danny Kosasih menilai perlu ada perencanaan yang jelas terkait penganggaran. Dia menerangkan pemerintah harus memastikan apa dan berapa yang bakal dialokasikan dari APBN sehingga pengurus cabor bisa merancang program. 

Jika ada kekurangan, dia menerangkan, perlu ada mekanisme untuk mencari bantuan dari pihak swasta. “Saya sadar dan maklum kalau pemerintah tidak bisa memenuhi semua kebutuhan federasi olahraga, dan memang harus kerjasama antara pemerintah dan swasta,” kata dia. 

Menyiasati Keterbatasan Dana

Menurut wakil Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat Eka Wahyu Kasih, melesetnya target SEA Games sebenarnya bisa dijelaskan. Dia menerangkan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga kerap menyusun target prestasi yang tidak sesuai dengan alokasi anggaran. 

Sekarang ini, olahraga berada di priotas anggaran urutan ke 14, dengan rata-rata hanya 0,03 persen alokasi dari APBN. Karena itu, tidak heran apabila prestasi olahraga Indonesia secara konsisten terus menurun, baim di tingkat regional maupun dunia. 

Selama tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK, alokasi anggaran APBN juga belum setara dengan target yang dicanangkan oleh pemerintah. “Menurut pendapat saya secara pribadi, apabila Pemerintah dengan keterbatasan alokasi dana APBN untuk pembinaan prestasi olahraga maka sebaiknya pemerintah melakukan sejumlah langkah,” kata dia. 

Eka menyebutkan langkah-langkah itu seperti menurunkan target Multieventeperti, SEA Games, Asian Games, dan Olimpiade. Dia menerangkan target tiga multievent itu sebaiknya disesuaikan dengan anggaran yang ada. “Namun, tetap melakukan pembinaan terhadap seluruh cabor peserta multievent,” kata dia. 

Langkah lainnya, dia menambahkan, pemerintah sebaiknya memfokuskan pembinaan pada cabor-cabor yang berpotensi meraih medali pada multievent. Untuk cabor prioritas ini, dia menyatakan, pemerintah bisa menetapkan target yang lebih namun tetap realistis. 

Pembinaan Usia Dini

Saran lainnya, dia menyebutkan, pemerintah melakukan pembinaan jangka panjang. Pada opsi ini, pemerintah bisa mengalokasikan seluruh anggaran di APBN hanya untuk atlet-atlet  usia dini dan junior pada cabor yang memiliki banyak nomor pertandingan. 

Menurut Eka, pemerintah akan mendulang hasilnya pada 10 atau 15 tahun mendatang kalau memilih cara ini. Kebijakan ini memiliki konsekwensi yakni pendanaan atlet ketika berlaga pada multievent. 

Eka pun menerangkan multievent dalam waktu dekat harus dipandang sebagai target jangka pendek. “Prestasi jangka pendek di multievent diserahkan ke cabor, tanpa memberikan target,” kata dia. 

Eka yang juga merupakan ketua umum Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (GABSI) ini menambahkan pemerintah juga perlu menyatukan pembinaan prestasi olahraga usia dini, pelajar, remaja, dan junior pada satu jalur pembinaan. “Melalui lembaga pendidikan formal denganmelibatkan Koni dan cabor,” kata dia. 

Menurut Eka, pemerintah perlu mendirikan sekolah khusus olahraga atau SMK Olahraga di setiap kabupaten/kota untuk mendukung percepatan prestasi Indonesia. Konsentrasi cabor pada SMK Olahraga ini disesuaikan dengan sumber daya daerah.

Eka juga mengusulkan peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang olahraha dengan memperkuat fakultas keolahragaan. Caranya, menambah program studi terkait pelatih cabor khusus dan industri olahraga. 

“Hal ini perlu segera dilakukan untuk menyelamatkan perstasi olahraga Indonesia,” kata dia. 

Usulan lain dari Eka yakni kesempatan bagi mantan atlet daerah dan nasional untuk menjadi anggota TNI dan Polri. Dia juga berharap pemerintah bisa mendorong pertumbuhan wisata olaharaga (sport turism) dan industri olahraga. 

Cabor Butuh Pemusatan Latihan

Pemerintah juga perlu membangun pemusatan latihan nasional (pelatnas) bagi cabor-cabor berprestasi. Bulu tangkis adalah satu-satunya cabang olahraga yang memiliki pelatnas jangka panjang. 

Pemusatan latihan nasional (Pelatnas) bulu tangkis di Cipayung Jakarta Timur, menjadi contoh bagaimana pentingnya pelatnas yang dilakukan secara terpusat. Adanya pelatnas yang terpusat akan memudahkan penerapan promosi dan degradasi bagi atletnya. 

Keberadaan pelatnas ini menjadi kunci keberhasilan bulu tangkis di pentas dunia. Sepanjang sejarah olahraga Indonesia, hanya bulu tangkis yang mampu secara konsisten mencetak prestasi kelas dunia. 

Ada juga cabang pencak silat yang memiliki pusat latihan atau padepokan sendiri. Ini juga turut berkontribusi terhadap prestasi pencak silat yang cukup konsisten. Namun, pencak silat bukan olahraga yang dimainkan di Olimpiade. 

Secara umum, semua cabang olahraga memimpikan memiliki pusat latihan sendiri, seperti buutangkis dan juga silat, sehingga tidak perlu berpindah-pindah. Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Besar Federasi Karate-do Seluruh Indonesia (PB FORKI) Zulkarnaen Purba menyatakan seharusnya cabang olahraga yang masuk dalam kategori prioritas memang memiliki pusat latihan khusus atau padepokan untuk menunjang prestasi atletnya. 

“Saya rasa semua cabor memiliki keingingan untuk memiliki padepokan sendiri,” kata dia.

 

Baca juga: 

Bagian PertamaTradisi Emas Olimpiade Kembali di Era Jokowi 

Bagian Kedua Karut-Marut Administrasi Bikin Prestasi Atlet Melorot

Bagian Keempat Erick Thohir Soal Pencapaian Jokowi-JK di Olahraga" href="http://republika.co.id/berita/olahraga/arena-olahraga/17/10/20/oy3qvf428-ini-kata-erick-thohir-soal-pencapaian-jokowijk-di-olahraga" target="_blank">Ini Kata Erick Thohir Soal Pencapaian Jokowi-JK di Olahraga

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement