Kamis 09 Mar 2017 08:33 WIB

Nike Luncurkan Jilbab untuk Atlet Perempuan Muslim

Rep: Agus Raharjo/ Red: Bilal Ramadhan
Atlet menggunakan hijab (ilustrasi)
Foto: CNN
Atlet menggunakan hijab (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, OREGON — Perusahaan apparel Nike akan meluncurkan jilbab untuk atlet perempuan muslim awal tahun depan. Dilansir dari Reuters, sebuah pernyataan pihak Nike mengatakan, ini menjadi terobosan besar perusahaan apparel olahraga untuk menawarkan jilbab tradisional yang dirancang khusus untuk mengikuti kejuaraan.

Jilbab yang disebut sebagai penutup kepala oleh Nike ini akan dipasarkan dengan merek ‘Pro Hijab’. Produk apparel ini dirancang khusus agar memungkinkan atlet perempuan muslim menerapkan praktek ajarannya untuk menggunakan penutup kepala tanpa mengganggu performanya.

Pro Hijab akan menggunakan bahan yang sangat fleksibel atau elastis dan ringan. Produk ini diharapkan menjadi produk apparel Nike paling dicari di toko olahraga awal 2018 nanti. Nike mengklaim, sejumlah atlet perempuan muslim sudah mengunjungi kantor pusat Nike di Beaverton, Oregon untuk mengajukan keluhan soal sulitnya mengenakan jilbab saat berlaga di kejuaraan.

Setelah itu, pihak Nike berkonsultasi dengan atlet perempuan muslim dari seluruh dunia, termasuk pelari dan pesepeda dari Timur Tengah, untuk merancang jilbab. Perusahaan apparel lain juga sudah melirik pasar penjualan jilbab untuk atlet perempuan muslim.

Tahun lalu, perusahaan apparel asal Denmark, Hummel meluncurkan jersey bola dengan jilbab untuk tim sepakbola perempuan nasional Afganistan. Atlet non-profesional perempuan musim juga telah banyak yang menggunakan jilbab buatan perusahaan-perusahaan kecil.

Nike sendiri berhasil meraup laba bersih milyaran dalam setahun untuk produk-produk yang berkenaan dengan budaya populer. Mereka menargetkan dapat meraup lebih banyak keuntungan dengan membawa atlet perempuan muslim, Amna Al Haddad dari Uni Emirat Arab. Haddad adalah atlet perempuan muslim untuk olahraga angkat besi yang disponsori Nike untuk merancang ‘Pro Hijab’.

“(Ini akan) mendorong genarasi baru untuk berolahraga tanpa merasa ada hambatan karena kesopanan atau pakaian identitas,” kata Haddad dikutip dari Reuters, Kamis (9/3).

Dalam beberapa tahun terakhir, jilbab memang dianggap sebagai simbol budaya Islam di Amerika Serikat dan Eropa. Banyak perempuan muslim menutup kepalanya di area publik dengan jilbab sebagai penanda kesopanan. Tapi beberapa kritikus mengungkapkan penggunaan jilbab sebagai bentuk penindasan terhadap perempuan.

Tingkat sensitivitas penggunaan jilbab terhadap imigran dan ancaman kelompok ekstrim juga semakin tinggi. Jilbab dinilai telah menyebabkan serangan terhadap perempuan muslim. Namun pada saat yang sama, jilbab berkembang sebagai simbol keragaman sejalan dengan semangat yang diyakini Nike.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement