Selasa 02 Sep 2014 07:29 WIB

Koni Semarang Menata Diri untuk Pembinaan Olahraga

Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman menyalami sejumlah anggota tim Uber pada syukuran HUT Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) ke-63 di Gedung Bulutangkis PB PBSI Cipayung, Jakarta, Senin (5/5).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Ketua Umum KONI Pusat Tono Suratman menyalami sejumlah anggota tim Uber pada syukuran HUT Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) ke-63 di Gedung Bulutangkis PB PBSI Cipayung, Jakarta, Senin (5/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- KONI Kota Semarang, Jawa Tengah, akan menata diri untuk menghadapi pembinaan olahraga pada 2015, menyusul munculnya persoalan tentang mutasi atlet dan minimnya dana pembinaan olahraga.

Sekum KONI Kota Semarang Mochtar Hidayat pada Media Gathering di Semarang, Senin (1/9), mengatakan kalau persoalan mutasi atlet dan minimnya dana itu berlarut-larut, tentunya akan memiliki dampak yang luas yang berbuntut pada penurunan prestasi atlet.

"Penataan organisasi, pembinaan, akuntabilitas keuangan terus kami lakukan bahkan pada 2015 kami akan berkoordinasi dengan pemkot, Disospora, dan DPRD agar alokasi dana yang bersumber dari APBD bisa dinaikkan," katanya.

Hadir pada acara yang dipandu Kabid Humas KONI Kota Semarang Ananto Pradono tersebut, adalah Wakil Ketua I Djoko Sisdahim, Wakil Ketua II Irwan P. Cahyono, Wakil Ketua III Sudibyo, Wakil Ketua IV Abhan Misbach, dan Kabid Binpres Yuswo Supadmo.

Menurut dia, idealnya dana olahraga untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan penghargaan itu antara dua hingga lima persen dari total APBD Kota Semarang. Ia mengatakan dampak yang dirasakan akibat dana terbatas yaitu atlet, misalnya pada pengurangan pemberangkatan atlet dan pelatih ke berbagai even di Jateng.

Selain itu, katanya, harus berpikir ulang untuk melakukan sertifikasi pelatih. "Jika pelatih tidak punya sertifikasi maka dampaknya adalah mereka tidak mendapatkan bekal materi yang memadai dalam latihan," katanya.

Di samping itu, kata dia, selama ini sarana dan prasarana juga menjadi kendala klasik yang dimiliki Kota Semarang. Selama ini, latihan yang dijalani atlet-atlet Kota Semarang "ndompleng" (menumpang, red.) ke venue-venue milik Jawa Tengah. "Makanya itu diperlukan political will untuk membangun sarana dan prasarana olahraga di Jateng," katanya.

Di bagian lain, Wakil Ketua II KONI Kota Semarang Irwan P. Cahyono mengakui mutasi atlet memang sulit dihindari. Justru yang disayangkan, katanya, adalah proses perpindahan atlet yang mendadak. "Tahu-tahu kami disodori surat perpindahan atlet dari pengurus cabang olahraga yang bersangkutan dengan alasan yang jelas. Kami bisa apa jika ada surat seperti itu," katanya.

Ia mengatakan pada masa mendatang induk organisasi olahraga di Semarang akan berkoordinasi dengan pengurus cabang karena merekalah (pengurus cabang olahraga, red.) yang tahu penyebabnya.

"Solusinya adalah kami memang harus melakukan kaderisasi atlet sejak dini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement