Home > Ojk > Ojk
Jumat , 09 Jun 2017, 15:47 WIB

Wimboh Santoso: OJK akan Tumbuhkan Ekonomi

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nur Aini
Republika/Agung Supriyanto
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terpilih Wimboh Santoso memberikan keterangan kepada wartawan dalam bincang media di Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (9/6).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terpilih Wimboh Santoso memberikan keterangan kepada wartawan dalam bincang media di Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (9/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) terpilih Wimboh Santoso menyatakan, keberadaan OJK tidak hanya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, melainkan juga harus menjadi rangsangan terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, menurutnya, OJK harus dapat mengurangi pengangguran, mengentaskan kemiskinan, serta mengatasi ketimpangan pendapatan. "Jadi bukan hanya stabil tapi memberi rangsangan. Tidak secara langsung tapi harus bisa memfasilitasi terjadinya hal-hal tersebut," kata Wimboh dalam Konferensi Pers di Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (9/6).

Ia menuturkan, setiap program OJK akan diarahkan ke daerah sebagai kantong ekonomi yang memerlukan perhatian khusus, serta banyak pengangguran, kemiskinan, dan masyarakat berpendapatan rendah. "Mungkin daerah remote area di luar Pulau Jawa karena potensi di sana masih banyak yang bisa dikembangkan," ujarnya.

Wimboh menegaskan, program tidak hanya khusus memberikan kredit, tapi banyak program bisa dilakukan untuk merangsang perekonomian. Kalau kredit diberikan tanpa adanya infrastruktur, maka menurutnya, produksi yang dilakukan tidak bisa terdistribusi dengan baik. "Bisa over supply atau yang lain. Jadi fasilitas itu sangat penting," tutur Wimboh.

Ia menambahkan distribusi serta penyuluhan infrastruktur pasti akan dilakukan OJK ke depannya, sebab masyarakat yang diberikan kredit tidak bisa dilepas sendiri sehingga harus ada sinergi dari berbagai sektor.
"Kalau kredit pertanian ya pertanian, perikanan ya perikanan. Jadi lintas sektoral, sehingga ujung-ujungnya kalau Indonesia sudah oversupply otomatis akan diekspor," ujarnya.