Senin 25 Sep 2017 16:40 WIB

Indonesia Masih Kekurangan Peneliti Naskah-Naskah Kuno

Rep: Andrian Saputra/ Red: Endro Yuwanto
Naskah Kuno. Ilustrasi
Foto: Antara
Naskah Kuno. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Muhammad Syarif Bando mengatakan, Indonesia masih kekurangan banyak filolog atau peneliti naskah-naskah kuno. Hal ini membuat banyak naskah kuno yang menjadi koleksi sejumlah museum belum bisa diketahui isinya.

Syarif mengungkapkan saat ini jumlah filolog di Tanah Air baru ada 30 orang. Ia berharap ke depannya banyak muncul filolog-filolog baru dari kampus-kampus ternama di Tanah Air.

"Memang betul kita masih kekurangan filolog, filologi ini seperti tidak menarik karena bicara masa lampau, semoga ke depannya lebih banyak," kata Syarif di sela-sela pembukaan Festival Naskah Nusantara III di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Senin (25/9).

Lebih lanjut, Syarif mengatakan, filolog tak hanya menerjemahkan teks dari naskah-naskah kuno Tanah Air, melainkan juga naskah kuno di negara lainnya yang belum diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Dengan begitu, diharapkan masyarakat dapat dengan mudah mengerti dan memahami tentang budaya dan sejarah.

Untuk itu, Syarif mendorong UNS agar dapat membuka program studi filolog. "Beberapa memang sudah diterjemahkan, kami berharap tak hanya penerjemah bahasa Jawa, ada juga misalnya Belanda ada transleter Belanda," katanya.

Sementara itu, Festival Naskah Nusantara III diikuti 21 institusi yang memamerkan berbagai koleksi naskah kuno. Selain pameran koleksi naskah kuno, pengunjung juga bisa mengikuti seminar, bedah buku, hingga pagelaran seni musik tradisional. Festival Naskah Nusantara III ini berlangsung hingga Jumat (29/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement