Senin 29 May 2017 15:58 WIB

Mahasiswa IPB Juara Pertama Lomba Esai Nasional “Mari Membangun Negeri”

Rep: Syahruddin El-Fikri/ Red: Irwan Kelana
Agung Suharyana, mahasiswa IPB yang berhasil menjadi juara pertama lomba esai bertema
Foto: Dok IPB
Agung Suharyana, mahasiswa IPB yang berhasil menjadi juara pertama lomba esai bertema "Mari Membangun Negeri".

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Agung Suharyana, mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat sebuah gagasan sebagai solusi bagi para tenaga kerja buruh yang ada di Indonesia. Agung meraih juara 1 dalam lomba esai “Mari Membangun Negeri” tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Future Leader League dengan judul esai “Automatic Welfare of Labour: Standarisasi Penataan Buruh dalam Pelaksanaan Kontrak Kerja Berbasis Flexicurity System”.

Automatic Welfare of Labour (AWL) merupakan gagasan aplikasi yang berawal dari kepedulian Agung saat melihat maraknya PHK buruh yang dilakukan sewenang-wenang dan besar-besaran. “Memang, sesuai dengan hukum pasar ketika produksi menurun maka dengan input yang digunakan pasti menurun, tapi dari segi sosial tidak manusiawi,” ujar Agung seperti dikutip http://ristekdikti.go.id/aplikasi-awl-karya-mahasiswa-ipb-bisa-sejahterakan-buruh/

Gagasan AWL ini menjadi terobosan terbaru dalam manajemen keseluruhan kegiatan buruh sekaligus menjadi sistem jaminan sosial ketenagakerjaan yang meningkatkan kesejahteraan buruh terutama dalam jaminan hidup serta status kerja yang diterima. Standarisasi  yang diciptakan dalam Automatic Welfare of Labour mampu mengentaskan kesenjangan yang terjadi di antara pihak buruh dan perusahaan.

Dalam gagasannya, program AWL dirancang dengan pendekatan teknologi berupa aplikasi yang telah terintegrasi dengan gadget dan kartu yang diberi nama “labour card”. Flexicurity system merupakan kombinasi antara flexibility (fleksibilitas) dan security (keamanan). Fleksibilitas keamanan kemudian membentuk “segitiga” dengan kebijakan pasar tenaga kerja aktif. Program AWL ini akan difokuskan pada penataan buruh yang berstandar internasional. Penataan yang dibuat berintegrasi dengan aplikasi AWL yang telah disiapkan.

Dari sisi jaminan sosial, Labour Card menjadi daya tarik dalam program AWL. Labour Card berintegrasi dengan dinas ketenagakerjaan, dinas kesehatan dan lembaga asuransi dalam memberikan jaminan sosial kepada buruh. Program AWL ini menarik karena buruh yang di PHK akan tetap mendapatkan jaminan kesehatan selama tiga bulan terhitung saat surat PHK diberikan.

Tidak hanya itu, setiap buruh yang kena PHK akan mendapatkan dana berupa modal usaha. Pemberian modal usaha ditujukan untuk mendorong buruh berwirausaha sebagai bentuk pekerjaan alternatif sebelum mendapatkan pekerjaan. Besarnya jaminan, bantuan, modal usaha dan insentif dikembalikan kepada setiap perusahaan selaku pihak pemberi.

“Untuk mewujudkan AWL ini, dibutuhkan pihak-pihak yang mempunyai peran penting demi terwujudnya program AWL. Pihak-pihak yang mempuyai peran penting demi terwujudnya program AWL adalah pemerintah pusat, dinas ketenagarkerjaan, dinas kesehatan, lembaga asurasi jiwa, pemerintah daerah, dan industri gadget,” ujarnya.

Agung berharap sekalipun buruh kena PHK tetapi tidak semata-mata buruh itu sudah tidak ada harapan lagi untuk bekerja. Melalui aplikasi itu perusahaan bisa merekrut buruh tanpa harus mengedarkan pamflet lowongan kerja. Karena dalam aplikasi itu tersedia member semua buruh dengan kriteria nilai yang ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement