Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Kontekstualisasi Kebangsaan di Kalangan Generasi Muda

Senin 02 Sep 2019 16:42 WIB

Red: Gita Amanda

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Ahmad Basarah.

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Ahmad Basarah.

Foto: MPR
Hal ini sebagai upaya merespons tantangan zaman yang berubah dengan cepat.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Di hadapan hampir 5.000 (lima ribu) mahasiswa baru Universitas Islam Malang (Unisma) Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Ahmad Basarah, menekankan pentingnya kontekstualisasi wawasan kebangsaan di kalangan generasi muda. Hal ini sebagai upaya merespons tantangan zaman yang berubah dengan cepat.

"Tantangan bangsa mengalami perubahan. Perang terkini adalah menggunakan model soft power. Cuci otak dengan memanfaatkan lembaga pendidikan, lembaga keagamaan hingga teknologi informasi," kata Basarah di Unisma Malang Jawa Timur, Minggu 1 September 2019.

Baca Juga

Basarah menegaskan bahwa di dunia maya bisa dengan mudah ditemukan propaganda nilai-nilai dan budaya asing. Mulai dari ekstrimisme agama, paham kebebasan, informasi palsu (hoaks) hingga ujaran kebencian bisa dengan mudah ditemukan di internet. Sebagai pengguna internet dan media sosial, tentu saja generasi muda menjadi sangat rentan dan mudah terpapar dengan berbagai propaganda tersebut. 

"Tidak jarang generasi muda menelan mentah-mentah informasi tersebut dan turut menyebarkannya, tanpa terlebih dahulu melakukan klarifikasi" ujar Basarah yang juga dosen paska sarjana Unisma.

"Nah bagaimana kita menggunakan internet untuk memperkuat wawasan kebangsaan kita? Ini menjadi tantangan kita bersama sebagai sebuah bangsa" ujar Basarah.

Terhadap fenomena tersebut, Perguruan Tinggi menurut Basarah memiliki andil penting dalam membentuk Nation and Character lewat wawasan kebangsaan. Hal ini bisa dimulai dengan menyiapkan tenaga pendidik yang berkarakter Pancasilais. Pengetahuan yang disampaikan tenaga pendidik akan membentuk pola pikir. Pola pikir akan membentuk keyakinan dan perilaku. Perilaku yang diulang terus akan menjadi karakter.

Kedua dalah optimalisasi Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 55 Tahun 2018 tentang Pembinaan Ideologi Pancasila dalam Kegiatan Mahasiswa di Perguruan Tinggi.

"Diperlukan dukungan dan peran pemerintah untuk memanfaatkan kerja sama dengan organisasi kemahasiswaan seperti ekstra universitas Kelompok Cipayung untuk terlibat membumikan Pancasila di setiap kampus," tegas Basarah

Terakhir, Basarah juga mengapresiasi kiprah Unisma dalam lanskap pendidikan nasional. Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (NU) terbesar di Indonesia dinilai mampu memadukan nilai-nilai Islam moderat dengan semangat toleransi dan kebhinekaan.

"Harapan kita semoga Unisma terus istiqomah menebar Islam damai, mempropagandakan Islam wasathiyyah atau moderat dengan membawa semangat toleransi dan kebhinekaan," ujar penjelasan Basarah.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler