Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Pentas Seni Wayang Kulit Empat Pilar MPR Digelar di Malang

Ahad 25 Nov 2018 13:10 WIB

Red: Budi Raharjo

Masyarakat desa Plaosan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang terletak persis di lereng Gunung Kawi sebelah Selatan, sambut meriah Pagelaran Seni Budaya Wayang Kulit.

Masyarakat desa Plaosan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang terletak persis di lereng Gunung Kawi sebelah Selatan, sambut meriah Pagelaran Seni Budaya Wayang Kulit.

Foto: Humas MPR
Kisah Parikesit dan Dewi Kunti berlatar perang Bharatayuda dalam epos Mahabharata.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Masyarakat desa Plaosan, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur yang terletak persis di lereng Gunung Kawi sebelah Selatan, sambut meriah Pagelaran Seni Budaya Wayang Kulit. Wayang kulit digelar dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kerja sama MPR dengan Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI) Kabupaten Malang.

Pagelaran Wayang Kulit yang digelar pada Sabtu malam (24/11) ini menampilkan lakon 'Kisah Parikesit dan Dewi Kunti'. Wayang dimainkan Ki Dalang Drs Sugianto, SPd yang juga menjabat Sekjen Purwo Ayu Mardi Utomo Malang.

Dalam sambutannya Kepala Biro Humas Sekretariat Jenderal MPR RI Siti Fauziah mengungkapkan pentas seni budaya wayang kulit adalah salah satu metode penyampaian Sosialisasi Empat Pilar MPR. Metode ini dinilai unik dan sangat efektif sebab sangat fleksibel mengikuti budaya daerah masing-masing.  

"Seperti di Jawa Timur atau Jawa Tengah dengan seni wayang kulit. Jawa Barat dengan seni wayang golek, di Riau dengan seni Gurindam sejenis pantun dan syair serta daerah lainnya dengan keberagaman seninya," ujar Siti Fauziah.

Metode Sosialisasi dengan pentas wayang kulit, lanjut Siti Fauziah, selain ditujukan kepada masyarakat generasi sepuh dan umum yang sudah sangat memahami seni wayang, juga ditujukan kepada generasi milenial. Ada dua dampak positif yang ingin MPR dapat dari generasi milenial ini.

"Pertama, Sosialisasi pasti tersampaikan, kedua MPR ingin melestarikan budaya daerah dengan memperkenalkan seni budaya tanah air kepada generasi muda bangsa sehingga mereka bisa memahami, mencintai dan kemudian menjaga serta melestarikannya," katanya.

Ditekankan Siti Fauziah, pentas seni wayang kulit didesain bukan hanya tontonan tapi merupakan tontonan dan hiburan yang sarat tuntunan. Hal ini diharapkan bisa diterapkan oleh masyarakat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.  

Pagelaran wayang kulit di desa Plaosan ini dihadiri para Pimpinan dan anggota DMD MLKI Malang Raya, Lurah Plaosan, Camat Wonosari, para sesepuh dan tokoh masyarakat serta ratusan masyarakat Plaosan dan seputar Wonosari. Pentas wayang ini terbilang unik sebab sebelum wayang dipentaskan, digelar beberapa pertunjukan seni tari dan upacara adat penyerahan 'gunungan' sebagai tanda dimulainya pagelaran wayang oleh tokoh masyarakat.

Lakon 'Kisah Parikesit dan Dewi Kunti' ini sendiri tetap berseting kisah perang Bharatayuda dalam epos Mahabharata.  Kisah bermula dari aksi pembalasan dendam kematian Durna oleh sang anak Aswatama kepada keturunan Pandawa yang sangat yakin ayahandanya dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh Pandawa.

Dan dendam luar biasa Aswatama yang dibarengi dengan tindakan tak beretika dengan membunuh keturunan Pandawa. Peristiwa ini membawanya ke lubang kehinaan pascadikalahkan oleh Arjuna akibat perbuatannya.  

Kisah tersebut mengingatkan kepada masyarakat bahwa perilaku yang mengakibatkan konflik dan perseteruan tidak hanya berdampak negatif bagi para pelaku konflik tapi juga masyarakat sekitar. Hal tersebut juga tidak sesuai dengan pemahaman dan pengamalan Pancasila, serta karakter bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi kesantunan serta musyawarah.

Dalam cerita ini juga dikisahkan tentang sosok yang memegang teguh dan selalu memihak kepada kebaikan, menghindari konflik dan menjunjung kebersamaan yang ditunjukkan dalam diri figur Sri Khrisna yang selalu berada dan membela Pandawa. Dan memang pada akhirnya kebaikan akan selalu menang. Sangat penting untuk jangan pernah berhenti berbuat baik.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler