Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

HNW Sosialisasi Empat Pilar Sekaligus Peringati Maulid Nabi

Jumat 01 Dec 2017 13:22 WIB

Rep: Amri Amrullah/ Red: Gita Amanda

HNW saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR di Kemayoran, Jakarta Pusat.

HNW saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR di Kemayoran, Jakarta Pusat.

Foto: MPR RI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia (MPR RI) Hidayat Nur Wahid (HNW) mengadakan Sosialisasi Empat Pilar MPR bertepatan dengan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, di Jl. Utan Panjang 2, Pasar Nangka Ujung, Kemayoran Jakarta Pusat, Kamis (30/11) lalu.

Untuk pertama kali pula, Sosialisasi Empat Pilar MPR diadakan di pemukiman padat, bahkan di samping pasar dan di tengah jalan. Sosialisasi Empat Pilar MPR ini berada di tempat spesial. Langsung berada di tengah-tengah masyarakat. "Di samping pasar dan di tengah jalan, tapi tidak mengganggu warga," kata HNW memulai pemaparan sosialisasi.

Menurut Hidayat, Sosialisasi Empat Pilar MPR ini sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Keduanya, sosialisasi dan Maulid Nabi, memiliki keterkaitan. Rasulullah adalah teladan dalam hal cinta bangsa dan negara. Rasulullah berhasil menjaga agar negara tetap utuh, kokoh, kuat, dan tidak terpecah-pecah, serta sukses sebagai bangsa dan negara.

"Beliau adalah teladan yang konkret," ujar Hidayat.

Hidayat mencontohkan Piagam Madinah menghadirkan masyarakat madani, yaitu masyarakat yang guyub, rukun, bersama-sama. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab dan unggul. "Piagam Madinah ini, kalau dalam bahasa Indonesia, seperti Pancasila," katanya.

Hidayat menambahkan Sosialisasi Empat Pilar MPR sekaligus peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini menjadi momentum. Empat Pilar MPR membuat Indonesia tetap kokoh. Tidak seperti negara Uni Soviet dan Yugoslavia. Uni Soviet terpecah menjadi beberapa negara karena negara itu tidak mempunyai ideologi yang tumbuh dari dalam dan menyatukan seluruh warga bangsanya.

Ideologi komunis bukan ideologi asli Uni Soviet. Uni Soviet pecah pada 1991 setelah presiden Mikhail Gorbacev membuat kebijakan glasnost dan perestroika. "Yugoslavia pecah menjadi beberapa negara sepeninggal Joseph Broz Tito sebagai Bapak Bangsa yang mempersatukan Yugoslavia," paparnya.

Apakah Indonesia pecah ketika Bung Karno wafat? Apakah Indonesia pecah ketika presiden membuat kebijakan reformasi seperti di Uni Soviet? Tentu, kata dia, jawabannya, tidak. Indonesia tetap kokoh dan kuat. Padahal Indonesia adalah negara kepulauan dengan tidak kurang dari 250 suku bangsa, 1.200 bahasa lokal, 34 provinsi, dan tiga satuan waktu.

"Sekalipun besar dan beragam, Indonesia tidak mengalami perpecahan," imbuh Hidayat.

Salah satu faktor yang membuat Indonesia tidak terpecah, lanjut Hidayat, adalah karena Indonesia mempunyai ideologi yang dimiliki bersama. Ideologi yang tumbuh dari dalam negeri itulah yang namanya Pancasila. Oleh karena itu, ia menegaskan menjadi amat penting bagi semua warga negara mengingatkan dan menyegarkan ingatan pada Pancasila supaya bangsa ini tidak pecah.

"NKRI tetap menjadi harga mati, meskipun ada yang mencoba mengacaukan NKRI seperti dari kelompok komunis, atau separatis," ucap Hidayat.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler