Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Friday, 17 Syawwal 1445 / 26 April 2024

Puluhan Guru MGMP PPKN Kendal Datangi MPR

Senin 23 Oct 2017 18:07 WIB

Red: Gita Amanda

Tiga puluh dua guru Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (MGMP PPKN) mendatangi Gedung MPR RI.

Tiga puluh dua guru Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (MGMP PPKN) mendatangi Gedung MPR RI.

Foto: MPR RI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tiga puluh dua guru Musyawarah Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (MGMP PPKN) dari Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, pada 23 Oktober 2017, mendatangi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Kedatangan mereka diterima oleh anggota MPR dari Fraksi Nasdem yang juga anggota Badan Penganggaran MPR Fadholi, Kabiro Humas Siti Fauziah, Kabag Pemberitaan Hulembaga dan Layanan Informasi Rharas Esthining Palupi, serta Kepala Bagian Perpustakaan Roosiah Yuniarsiah.

“Saya seharusnya ke Australia namun karena menerima Bapak, Ibu, maka keberangkatan ke Australia, saya tunda,” ujar Fadholi saat menerima mereka di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR.

Di ruangan itu, Fadholi memberi pemaparan mengenai tugas-tugas DPR dan MPR. Dikatakan, dirinya selain menjadi anggota MPR juga menjadi anggota DPR. “Anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD,” ujarnya.

Sebagai lembaga negara yang berbeda maka tugas DPR dan MPR pun tak sama. Di DPR disebut ada 11 komisi. “Masing-masing komisi menangani masalah yang berbeda,” ujarnya. “Terkait masalah nasib guru itu dibahas di Komisi X,” tambahnya.

Sedang tugas MPR disebut oleh Fadholi selain masalah kenegaraan juga melakukan Sosialisasi Empat Pilar. Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, disebut sangat penting sebab saat ini nilai-nilai luhur bangsa tergerus oleh nilai-nilai globalisasi. “Nilai-nilai luhur harus dipertahankan,” ujarnya.

Pria asal Salatiga, Jawa Tengah, itu mencontohkan bila di kampung halaman, satu sama yang lain saling mengenal, lain dengan kehidupan di kota besar.

Dirinya pun mencontohkan yang lain. Disebut, orang sekarang sudah nongkrong di kafe yang menjual kopi asing padahal harganya terbilang mahal, secangkir bisa Rp 40 ribu, sementara di warung kopi masyarakat harga kopi hanya Rp 4.000. Kemudian orang juga suka makan di rumah makan ayam goreng dari luar negeri. “Padahal ayamnya itu dari Indonesia sendiri bukan dari asing,” paparnya.

Untuk itu dirinya mengharap agar kita tidak kalah bersaing dengan produk luar. Untuk itu diharapkan kita bisa memasak dan mengolah makanan yang lebih bagus dibanding dengan bangsa lain.

Sebagai guru PPKN apa yang diajarkan, menurut Fadholi, sama dengan apa yang dilakukan oleh MPR, yakni mensosialisasikan Empat Pilar. “Bapak, ibu, mempunyai peran dalam meletakan dasar pemahaman kebangsaan,” ujarnya.

Diharapkan bila mereka mempunyai gagasan tentang paham kebangsaan yang berasal dari lingkungan sekolah, gagasan itu bisa ditulis atau diungkapkan. Dengan cara yang demikian kita bisa merawat nilai-nilai kebangsaan.

Kedatangan mereka menurut Siti Fauziah diharapkan bisa membawa manfaat. “Kami berterima kasih atas kunjungannya. Bisa bertanya langsung pada anggota MPR, Bapak Fadholi,” paparnya.

Senada dengan Siti Fauziah disampaikan Rharas Esthining Palupi. Rharas Esthining Palupi mengatakan MPR telah menerima delegasi dari instansi pendidikan dari level PAUD hingga mahasiswa dan guru-guru serta organisasi masyarakat. Menerima delegasi dari masyarakat khususnya kalangan pendidikan menurutnya merupakan bentuk pelayanan dari MPR.

“Bersyukur karena kedatangan bapak, ibu, langsung bisa diterima oleh anggota MPR,” paparnya. “Dengan demikian bisa langsung menyampaikan aspirasi,” tambahnya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA TERKAIT

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler