Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Wednesday, 15 Syawwal 1445 / 24 April 2024

Pancasila Bukan untuk Mengkotak-kotakkan

Jumat 28 Jul 2017 23:00 WIB

Red: Dwi Murdaningsih

Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan.

Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan.

Foto: Dok Humas MPR RI

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan mengatakan menjadi Pancasila itu bukan dengan mengkotak-kotakkan dan saling menyalahkan orang lain. Menjadi Pancasila adalah dengan  dengan merangkul semua perbedaan.

"Mulai sekarang kita harus berhenti ngomong tentang suku, agama atau latar belakang. Itu sudah selesai 72 tahun yang lalu. Kita semua ini saudara," kata Zulkifli pada Seminar dan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Jumat (28/7).

Zufkifli menyampaikan tantangan Indonesia ke depan tidak mudah. Untuk itu, dirinya meminta mahasiswa menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya dan tidak lagi membicarakan tentang perbedaan SARA. "Selain itu, tugas kita adalah menyiapkan generasi muda Indonesia untuk memiliki daya saing, produktivitas, efisiensi sehingga melahirkan manusia-manusia yang kreatif dan inovatif serta berjiwa enterpreneur, itulah yang diperlukan Indonesia," kata dia.

Untuk itu dia mengajak mahasiswa untuk berpikir ke depan bagaimana memperbaiki Indonesia. Menurut dia, saat ini Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah, utamanya terkait kesenjangan sosial.  Di Indonesia, kata dia, jarak antara orang kaya dan miskin masih sangat lebar. Pengangguran yang masih sangat tinggi dan kesejahteraan antardaerah juga masih tinggi. Dengan masih lebarnya kesenjangan sosial, maka terciptanya sila ke-5 Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia masih sulit dilakukan.

"Untuk bisa mencapai sila ke-5 itu masih diperlukan kerja keras dari semua elemen karena saat ini kesenjangan di kota dan di desa masih sangat tinggi," tuturnya.

Ia mengemukakan, karena kesenjangan sosial itulah banyak melatarbelakangi terjadinya tindakan radikal. "Kemiskinan itulah yang berbahaya. Kemiskinan bisa mengajak pada gerakan radikal. Maka, mari kita fokus mengatasi masalah ini dan tak lagi mempermasalahkan tentang SARA," ujarnya.

Sumber : antara
  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler