Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Thursday, 16 Syawwal 1445 / 25 April 2024

Ketua MPR Ajak Masyarakat Bangun Kembali Wawasan Kebangsaan

Sabtu 08 Jul 2017 20:17 WIB

Rep: Binti Sholikah/ Red: Gita Amanda

Ketua MPR Zulkfli Hasan saat menghadiri Muktamar PULDAPII di Surabaya

Ketua MPR Zulkfli Hasan saat menghadiri Muktamar PULDAPII di Surabaya

Foto: MPR RI

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Zulkifli Hasan, mengajak masyarakat membangun lagi wawasan kebangsaan. Menurut Zulkifli, selama 19 tahun reformasi, pelajaran utama seperti Pendidikan Pancasila dan penataran pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila (P4) dihapus.

"Kalau itu tidak ada, pendidikan, pelatihan, sosialisasi mengenai nilai-nilai luhur kita sendiri tidak ada lagi, ya nilai-nilai dari luar masuk," kata Zulkifli kepada wartawan seusai memberi sambutan pada acara Muktamar ke-1 Perkumpulan Lembaga Dakwah dan Pendidikan Islam Indonesia (PULDAPII) di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, Sabtu (8/7).  

Saat pelajaran nilai-nilai luhur bangsa tidak diberikan, Zulkifli menilai anak-anak Indonesia dalam kondisi kosong. Oleh karena itu, lanjutnya, harus diperkuat lagi membangun karakter bangsa. Hal itu merupakan tugas semua elemen bangsa dan berlaku sepanjanh masa.

"Pelajaran Pancasila tentu disesuaikan dengan perkembanhan generasi milenia sekarang, metodenya disesuaikan. Tapi kita harus bangun. Kita perkuat lagi membangun karakter bangsa atau character building," ujar mantan Menteri Kehutanan RI tersebut.

Terkait acara Muktamar PULDAPII tersebut, Zulkifli mengatakan suatu negara akan maju kalau negara itu menguasai ilmu. Muktamar PULDAPII tersebut mengumpulkan lembaga-lembaga pendidikan Islam di Tanah Air.

Oleh karena itu, ia berpesan kepada para ustaz mari bersama menghentikan dan jangan lagi ada silang sengketa soal perbedaan-perbedaan hal yang tidak substansi. Seperti persoalan jenggot atau jumlah rakaat Shalat Tarawih. Ia mengutip perkataan KH Hasyim Muzadi yang menyatakan jangan menyamakan yang beda dan jangan membedakan yang sama.

"Tantangan umat Islam saat ini yang mayoritas yang besar ini bisa dikonversi menjadi umat sejahtera, makmur, kaya. Harus fokus pada ilmu pengetahuan. Kedua, bagaimana mengembalikan nilai-nilai akhlak yang sekarang ini dihitung sama uang, milih pempimpin kalau uangnya banyak. Kalau semua dinilai uang, tidak ada lagi nilai-nilai, akan rusak," katanya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler