Tuesday, 14 Syawwal 1445 / 23 April 2024

Tuesday, 14 Syawwal 1445 / 23 April 2024

'Indonesia Seharusnya tidak Perlu Impor Sapi'

Jumat 21 Aug 2015 12:04 WIB

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Dwi Murdaningsih

Wakil Ketua MPR Mahyudin.

Wakil Ketua MPR Mahyudin.

Foto: MPR

REPUBLIKA.CO.ID, MOJOKERTO -- Wakil Ketua MPR RI Mahyudin menilai Indonesia mempunyai potensi peternakan sapi yang cukup besar. Menurut dia, jika peternakan sapi ini dikelola dengan baik, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan daging tanpa harus impor.

Mahyudin mengungkapkan hal itu saat dirinya melakukan rangkaian Kunjungan Kerja Wakil Ketua MPR ke provinsi Jawa Timur 19 -20 Agustus. Dalam kunjugannya itu, Mahyudin menyempatkan diri mengunjungi desa Bangeran, kecamatan Dawarblandong, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur untuk melihat langsung aktifitas peternakan sapi di desa tersebut.

Desa Bangeran dikenal hampir semua penduduknya peternak sapi. Shoim adalah pimpinan paguyuban peternak sapi di desa tersebut. Ia mengatakan, pengembangan ternak sapi di desa ini sangat baik. Bahkan aparatur daerah seperti Camat dan Danramil turut membantu pengembangan sapi di desa ini.  ''Pengembangan sangat baik, mereka hanya  butuh daya dukung seperti bibit, pakan dan modal usaha atau kredit lunak," kata pria yang kini menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Keluarga Tani Indonesia (HKTI) ini.

Dia mengatakan populasi sapi di Jawa Timur mencapai 4 juta ekor.  Seharusnya, jika beberapa provinsi pengembangan ternaknya mendapat dukungan pemerintah, Indonesia tidak perlu impor sapi.  Pemerintah dalam hal ini harus mampu mengembangkan peternak sapi di Indonesia secara keseluruhan sehingga Indonesia tidak perlu bergantung kepada Australia soal daging sapi.

Menurutnya, banyak daerah-daerah selain Jatim yang sangat berpotensi menjadi sentra sapi. Antara lain, NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Donggala juga Kalimantan.  Dalam skala besar, lanjut Mahyudin, pemerintah juga harus punya blueprint tentang peternakan sapi di Indonesia, dengan target minus impor dan harus menuju swasembada daging sapi. Yang sangat menyedihkan saat ini terkait mahalnya daging sapi, ternyata harga sapi naik drastis di pasaran. Tapi harga harga sapi di tingkat petani tidak naik.

''Melihat fakta ini kecurigaan bermainnya para kartel daging sapi makin menguat. Pihak polri dan aparat hukum lainnya harus menyelidiki dan membongkar ini sampai tuntas," tegasnya.

Mahyudin menambahkan, intinya, untuk kedepan bagaimana negara Indonesia berdaulat dan mandiri.  Jangan sampai peternak Indonesia tidak diberdayakan, negara ini malah mengandalkan impor daging terus menerus.  Dan menyebabkan, lambat laun Indonesia akan sangat bergantung kepada negara lain dan cita-cita swasembada dan Indonesia sebagai negara berdaulat tidak akan tercapai.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler