Friday, 10 Syawwal 1445 / 19 April 2024

Friday, 10 Syawwal 1445 / 19 April 2024

Radikalisme Bertentangan dengan Ideologi Muhammadiyah

Sabtu 01 Aug 2015 23:37 WIB

Rep: Issha Harruma/ Red: Dwi Murdaningsih

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dalam seminar kebangsaan di Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dalam seminar kebangsaan di Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Foto: MPR

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Surabaya Maksum Jayadi mengatakan persoalan kebangsaan merupakan tema yang tetap aktual dan sangat dirasakan umat dan bangsa saat ini. Hal tersebut disampaikan dalam Seminar Kebangsaan Peneguhan Gerakan Kebangsaan di kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya hari ini. Hadir dalam seminar tersebut Ketua MPR Zulkifli Hasan.

Maksum mengatakan, persoalan yang dihadapi rakyat sekarang bukan hanya terkait ekonomi dan pengangguran, namun juga persoalan ketauladanan dan kepemimpinan. "Kita sedang mengalami krisis ketauladanan," kata Maksum, Sabtu (1/8).

Akibatnya, semangat nasionalisme mulai meluntur. Lunturnya semangat nasionalisme ini sangat dirasakan dan bisa dengan mudah ditemukan, seperti anak muda yang tak hapal lagu Indonesia Raya. "Ini merupakan indikator semakin lemahnya nasionalisme," ujarnya.

Bila hal demikian dibiarkan terus terjadi, maka bangsa ini akan mengalami disintegrasi. Masalah kebangsaan pun bertambah dengan semakin maraknya gerakan radikalisme yang mengatasnamakan agama saat ini. Ia berharap Pemuda Muhammadiyah dapat memperkokoh Islam berkemajuan karena radikalisme bertentangan dengan ideologi Muhammadiyah. "Ini harus diejawantahkan dalam gerakan pembaruan," kata dia.

Maksum pun mengutip seorang pembaraharu dari Mesir yang mengatakan, 'pemuda sebagai agen perubahan maka tak layak pemuda hanya bangga pada elitnya dan ayah bunda. Pemuda yang pemberani adalah yang berani mengatakan inilah aku'. "Ini agenda besar dakwah Muhammadiyah menuju Indonesia yang berkemajuan," ujarnya.

Ketua MPR Zulkifli Hasan dalam sambutan mengatakan, jika berbicara mengenai gerakan kebangsaan, maka Muhammmadiyah dapat menjadi contoh yang baik. Ia pun mengutip pesan Tjokroaminoto untuk menghadapi situasi yang penuh dengan kompetisi yang tak mudah. Pesan tersebut berbunyi 'semurni-murninya tauhid, setinggi-tingginya ilmu dan sepandai-pandainya siasat'.

Bangsa Indonesia, lanjut Zulkifli, mempunyai cita-cita mempertahankan kedaulatan, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. "Apakah hal demikian sudah dilakukan oleh pemerintah? Itu yang perlu dikaji," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Zulkifli mengatakan, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya mendorong anak sekolah tapi perlu juga melakukan gerakan pencerahan. Pencerahan terhadap bangsa, lanjutnya, tak kalah penting dengan pendidikan. Bila tak ada pencerahan maka konfik akan terus terjadi.

Ia pun mendukung jihad konstitusi yang dilakukan oleh Muhammadiyah. "Ini lebih berarti sebab kalau UU tak berpihak pada rakyat itu akan berdampak sekali," ujarnya.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler