REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di ulang tahunnya yang ke 80, Ahmad Syafii Maarif atau biasa dikenal dengan Buya Syafii menerbitkan sebuah buku biografi berjudul 'Muazin Bangsa dari Makkah Darat'. Buku tersebut ditulis oleh beberapa penulis yang pikirannya dipengaruhi oleh ide atau gagasan Buya Syafii.

Ciri utama yang membedakan buku ini dengan buku-buku Maarif sebelumnya terletak pada penjabaran detil terkait gagasan atau ide Buya Maarif. Dalam urainnya, buku itu tidak melulu mencatat soal prestasi, sejarah, atau pengalaman hidup Maarif, tapi juga kontribusi dan konsekuensi yang terbangun dari pemikiran dan gagasan dirinya.

Frase 'Makkah Darat' yang tersemat dalam judul bukunya juga memiliki makna historis. Frase tersebut merupakan representasi dari kampung halaman Buya di Sumpur Kudus.

Sedangkan kata 'Muazin', secara harafiah, memiliki arti sebagai sang pengingat. Sebagai Muazin Bangsa, Buya Syafii, dalam bukunya, diceritakan sebagai tokoh yang selalu menggedor ketidakadilan, menggugat korupsi yang menggurita, mafia pangan, dan polemik lainnya yang dihadapi Indonesia.

Selain itu, buku tersebut juga membahas tema-tema keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan, yang selama ini menjadi fokus pemikiran Maarif.

"Konsen dia (Buya Maarif) terhadap kemnusiaan sudah cukup lama. Suara dan pandangannya soal kemanusiaan juga bersifat global," kata salah satu penulis, Rahmawati Husein saat mendiskusikan buku tersebut di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (3/7).

Ke depan, buka Muazin Bangsa dari Makkah Barat ini diharapkan mampu memperkaya perspektif masyarakat. Bukan hanya soal keislaman, tetapi juga isu-isu yang berkaitan dengan kemanusiaan yang terjadi di Indonesia.

Ketua MPR Zulkifli Hasan menerima langsung buku yang berjudul Muazin Dari Makkah Darat dari Ahmad Syafii Maarif. Hal demikian sangat istimewa sebab buku itu menceritakan kisah hidup Syafii Maarif.

Direktur Maarif Institute, Fajar Rizal Ul Haq, dirinya mengucapkan terima kasih atas kehadiran Ketua MPR Zulkifli Hasan bersama yang lain dalam acara peluncuran buku itu. Menurutnya acara itu bisa terselenggara karena dukungan dari berbagai pihak.

Fajar mengungkapkan buku itu sebenarnya sudah dipersiapkan sejak tahun 2011 namun ada kendala membuat penyelesaian buku itu menjadi molor hingga 2015 meski demikian dirinya besyukur sebab molornya pembuatan buku menjadikan buku itu lebih bagus.

Fajar berharap agar buku itu menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia. Menurutnya buku itu merupakan rekaman pemikiran dari Syafii Maarif.