Thursday, 9 Syawwal 1445 / 18 April 2024

Thursday, 9 Syawwal 1445 / 18 April 2024

Belajar Filosofi Persatuan dari Masyarakat Papua

Senin 16 Mar 2015 17:14 WIB

Red: Dwi Murdaningsih

Pemandangan Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat dari udara, Rabu (3/12).

Pemandangan Kota Manokwari, Provinsi Papua Barat dari udara, Rabu (3/12).

Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso

REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI -- Propinsi Papua, khususnya Manokwari memiliki potensi alam dan sumber daya manusia yang sangat besar. Dari propinsi ini, masyarakat Indonesia mengenal adanya buah merah dan sarang semut. Kedua jenis tumbuhan itu diyakini memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan manusia. Tak hanya itu, tumbuhan tersebut mampu mengobati sejumlah penyaki takut.

 

Selain kaya akan sumber daya manusia dan kekayaan alam, Papua juga memiliki filosifi kehidupan yang sangat tinggi. Rektor Universitas Papua Suriel Mofu mengatakan salah satu filosofi kehidupan berbangsa yang bisa diambil dari Papua yaitu terkait kebiasaan masyarakat apaua yang memelihara ternak babi. Di Papua, babi  sudah lama diternakkan. Praktis hanya ternak babi sajalah yang dipelihara masyarakat.Sementara sapi dan kambing, belum begitu digandrungi masyarakat.

 

Di Papua babi dan kandangnya diikat kuat dengan tujuan agar babi tidak lari atau pergi seenaknya. Pasalnya, keerdaan babi di luar kandangnya bisa menyebabkan marabahaya. Bisa hilang atau ditabrak kendaraan.

 

Sebagai bangsa yang beragam, Indonesia menurut dia, Indonesia  harus mampumengikat warganya sesuai filosofi babi bi Papua. Menurutnya, hal ini penting agar persatuan dan keutuhan bangsa bisa terus dijaga dan dipertahankan. Apalagi, demokrasi yang berkembang di Indonesia belum mampu menciptakan kesejahteraan seperti yang dicita-citakan.

 

"Yang membahagiakan, saat ini kita menjadi negara demokrasi terbesar di dunia, meski apa yang dicapai belumlah ideal.Kita menjadi contoh pembangunan demokrasi di luarnegeri," kata dia ketika menyampaikan sambutan padapembukaan  SeminarNasional di Manokwari, Senin (16/3). 

 

Seminar dengan  tema Konsep dan Implementasi Sistem Demokrasi Pancasila Dalam Bidang Politik dan Ekonomi, itu merupakan  kerjasama antara MPR dengan Universitas Papua. Empat narasumber turut memberikan pemikirannya dalam seminar tersebut. Mereka adalah Danny E. Waiimbo, Hugo Warami, Agus Sumule dan Hanike Monim.

 

Danny E. Waiimbo, mengemukakan makalah berjudul Ekonomi Kerakyatan  Sebagai Penjabaran Demokrasi Pancasila. Hugo Warami menyampaikan judul Noken Demokrasi :  Sistem, Negosiasi, dan Transformasi KeIndonesiaan di Papua. Agus Sumule memberikan makalah  Demokrasi Politik yang Membumi Berdasarkan Pancasila. Sedangkan makalah yang diajukan  Hanike Monim berjudul  Perempuan dalam Sistem demokrasi Indonesia. 

 

Acara yang dibuka Ketua Badan Pengkajian MPR BambangSadono itu juga menghadirkan pembicara dari anggota MPR.Mereka adalah Wakil Ketua F Gerindra Martin Hutabarat, Ketua F PKS TB.Soenmandjaja, anggota Badan Pengkajian John Pieres dan Hendrawan Supratikno.  

 

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA

 
 
 
Terpopuler