Selasa 17 Jul 2012 06:55 WIB

Waspadai Isu SARA pada Pemilukada Putaran Kedua

Rep: ira sasmita/ Red: Heri Ruslan
Jokowi-Ahok
Foto: Antara
Jokowi-Ahok

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, mengatakan, pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) putaran kedua nanti, masyarakat harus mewaspadai isu terkait suku, agama, dan ras (SARA).

Menurutnya, isu SARA bersifat musiman. Yang bisa digunakan sebagai senjata politik oleh pihak tertentu. Munculnya pasangan Jokowi-Ahok sebagai cagub yang sementara terbukti unggul, kata Ray, akan memicu unsur SARA kembali mencuat.

Sebab, baik Jokowi maupun Ahok, merupakan dua pribadi dengan latar belakang yang berwarna. Jokowi merupakan cagub dari suku Jawa dengan logat dan perilaku Jawa yang kental. Sedangkan Ahok, secara fisik jelas memerlihatkan dari kaum mana ia berasal. Yaitu dari etnis tionghoa dan kebetulan tidak memeluk agama mayoritas di Indonesia.

"Latar belakang mereka bukan hal yang baru. Tetapi untuk Pemilukada DKI perpaduan pasangan ini baru. Bisa menjadi keunggulan, namun bisa juga dijadikan alat untuk melemahkan pasangan tersebut," ujar Ray di Jakarta, Senin (16/7).

Dia menyayangkan, mulai munculnya kampanye hitam yang mengangkat isu SARA di beberapa situs internet. Jika isu SARA di Pemilukada DKI semakin marak, dikatakannya, maka daerah lain akan mengikuti hal serupa. Sebab, Ray menyebut Pemilukada DKI 2012 ini sebagai salah satu pemilukada terbaik. Dan bisa dijadikan contoh dan barometer oleh daerah lain di Indonesia.

"Masa kampanye kemarin merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia. Perilaku pemilih juga bagus. Jangan sampai gara-gara isu SARA, kesadaran politik warga Jakarta menjadi rusak," ucapnya.

Tetapi, Ray menilai kesadaran politik warga Jakarta semakin meningkat. Sehingga, isu SARA, menurutnya bisa dipilah dan dihadapi warga Jakarta dengan bijak. Sebaliknya, penggunaan isu tersebut oleh kelompok tertentu merupakan langkah yang tidak tepat. Sebab, akan menimbulkan persepsi yang berbalik pada kelompok tertentu.

"Warga pasti bisa menduga isu SARA ini dimunculkan oleh pihak mana. Bukannya simpati, nanti warga bisa semakin tidak suka," katanya.

Pasca Pemilukada DKI 11 Juli 2012 lalu, dua pasangan cagub digadangkan akan melaju pada putaran kedua. Melalui hasil hitung cepat, pasangan Jokowi-Ahok memimpin perolehan suara. Meninggalkan pasangan cagub incumbent, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli, yang sebelumnya selalu diunggulkan.

Di beberapa media sosial pertemanan seperti facebook dan twitter mulai ramai bermunculan pesan-pesan yang menudutkan pasangan tertentu. Isi pesan tersebut sarat dengan unsur SARA. Seperti, membahas etnis dan agama cagub tertentu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement