Senin 15 Aug 2016 14:00 WIB

MENGENANG ADI SASONO- Impian Adi Sasono yang Tertinggal

Red:

Pesan itu terasa begitu dalam, baik dalam dimensi sosial, apalagi dalam nuansa keagamaan. Setidaknya, itu lah yang dirasakan putra kedua Adi Sasono, Aji Erlangga. ''Jangan pernah mendustakan agama, menghardik anak yatim, dan tidak membantu fakir miskin. Hidup itu jangan hanya mengejar materi dan kenikmatan.''

Pesan itu lah yang terus disampaikan sang ayah kepada Aji. Di mata Aji, pesan itu bukan hanya slogan kosong semata. Di sepanjang hidupnya, Adi Sasono meletakkan pesannya itu di tataran praktik dengan terus berjuang mengembangkan ide-ide ekonomi kerakyatan dan membantu pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) serta koperasi. ''Karena itu, gerakan beliau selalu gerakan kerakyatan,'' ujar Aji kepada Republika, Ahad (14/8). 

Pesan itu, termasuk untuk bisa melepaskan diri sepenuhnya dari embel-embel politik, ideologi, dan suku bangsa. Sang ayah, ujar Aji, selalu berkata dan berharap kepada anak-anaknya agar hidup bukan untuk diri sendiri, melainkan untuk masyarakat, bangsa, dan negara. ''Harus punya cita-cita kerakyatan, kemanusiaan, dan kebangsaan yang lepas dari sekat politik, ideologi, dan suku bangsa. Dan dalam hidup itu harus punya nilai,'' kenang Aji soal petuah sang ayah. 

Dimensi sosial memang begitu kental dalam pesan Adi kepada anak-anaknya. Perjuangan ekonomi yang bersifat partisipatif menjadi fokus utama Adi Sasono. Mantan menteri koperasi dan UKM itu pun secara tegas menolak adanya pemusatan kekayaan di segelintir orang.

Dengan kemampuan dan pemahaman yang dimiliki masyarakat kelas bawah untuk bisa mandiri secara ekonomi, diharapkan pemerataan dan distribusi kekayaan dapat tercipta di tengah-tengah masyarakat. ''Tetap konsisten untuk perjuangan ekonomi yang sifatnya partisipasi, tidak memusatkan kekayaan pada orang-orang itu saja. Itu pesan yang selalu diulang oleh beliau,'' tutur Aji.

Memiliki riwayat sakit kanker dan lever, Adi Sasono menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Mayapada, Lebak Bulus, Jakarta Selatan pada Sabtu (13/8) kemarin. Mantan Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) itu kemudian dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada Ahad (14/8).

Aji menuturkan, kesehatan sang ayah memang terus memburuk dalam sepekan terakhir. Puncaknya saat Adi harus dirujuk ke RS Mayapada pada Rabu (10/8). Kondisi Adi pun terus menurun, hingga akhirnya meninggal dunia pada akhir pekan lalu. Padahal, sebulan sebelumnya, Aji masih menemani sang ayah untuk menghadiri sebuah kegiatan di Malang, Jawa Timur, dan di sejumlah tempat di Jawa Barat, yaitu di Hambalang dan Jonggol.

Kegiatan itu berkisar soal pemberdayaan ekonomi rakyat, terutama masyarakat pertanian di kawasan-kawasan tersebut. ''Kami membuat program-program di bawah, pemberdayaan petani, dan bantu-bantu petani di sana,'' tuturnya.

Namun, di akhir hayatnya yang menginjak usia 73 tahun, Adi Sasono ternyata masih menyimpan mimpi besar. Mimpi itu tidak terlepas dari pemberdayaan ekonomi kerakyatan, UKM, dan entrepreneurship. Komisaris Utama PT Republika Media Mandiri itu ingin membangun sebuah center of excellence. Sebuah tempat yang dapat memberikan fasilitas pelatihan dan pembelajaran soal teknik-teknik pertanian dan peternakan.

Center of excellence itu bersifat gratis dan semua orang bisa memiliki akses untuk belajar soal pertanian dan peternakan di tempat itu. ''Jadi, nanti orang-orang bisa belajar di sana secara gratis. Itu yang pengen beliau bikin,'' ujar Aji.

Sayangnya, mimpi pembangunan center of excellence itu belum sepenuhnya terwujud. Kendati demikian, Aji memastikan, mimpi sang ayah itu tidak akan menjadi mimpi yang hilang begitu saja. Mimpi yang tertinggal dari Adi Sasono itu akan coba dirintis oleh Aji. Putra kedua Adi Sasono itu memang aktif membantu sang ayah di Yayasan Coop Indonesia Foundation.

Coop Indonesia Foundation adalah sebuah yayasan yang didirikan Adi Sasono untuk mendorong upaya membangun ketahanan nasional dengan menegakkan kedaulatan ekonomi rakyat. ''Itu mimpi beliau yang belum kesampaian, dan kami juga lagi rintis. Jadi semua orang bisa belajar farming ke situ,'' ujar Aji.

Akhirnya, buat Aji, yang terpenting adalah hidup bukan untuk sekadar mengejar materi dan kenikmatan, tapi bagaimana berupaya mendedikasikan hidup agar bisa membantu orang lain. Hal ini sejalan dengan pesan sang ayah.    Oleh Reza Irfa Widodo, ed: Fitriyan Zamzami

***

Kesan Baik untuk Orang Baik

Orang baik mestinya meninggalkan kenangan baik. Usai jenazahnya dishalatkan, para hadirin juga bersaksi demikian untuk almarhum Adi Sasono. Bagaimana kesan tokoh-tokoh bangsa terhadap yang bersangkutan? Berikut di antaranya.     Qommarria Rostanti, Reja Irfa Widodo, Fauziyah Musrsyid, Hafidz Muftisany, Umi Nur Fadhilah, ed: Fitriyan Zamzami

"Saya kira (perjuangan) itu tidak pernah berhenti, dari pertama saya mengenal beliau hingga saat ini. Perjuangannya untuk usaha kecil, koperasi, dan usaha kecil di bidang pertanian, itu sangat bagus,"

Joko Widodo, Presiden ke-7 RI

"Dia harus jadi ilham perjuangan. Anda (kaum muda) harus meneruskan perjuangan pendahulu kita itu yang sudah mendahului. Jangan sampai sia-sia,"

BJ Habibie, Presiden ke-3 RI

"Ia merupakan sosok yang teguh memegang prinsip. Adi Sasono merupakan seorang pekerja keras dan sosok yang mudah bergaul,"

Wiranto, Menko Polhukam

"Pak Adi saat itu sudah berkeliling membina kita para aktivis pers kampus. Saya beberapa kali ditatar oleh beliau,"

Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

"Kita semua sebagai bangsa merasa kehilangan seorang tokoh panutan di bidang kepemimpinan dan gerakan ekonomi kerakyatan yang gigih dan konsisten,"

Jimly Asshiddiqie, Ketua Umum ICMI

"Saya ingat Pak Adi Sasono berkata, 'apa saudara mau suatu saat nanti pemimpin-pemimpin Indonesia didikte oleh satu dua konglomerat yang ingin memaksakan sebuah kebijakan, meski itu bertentangan dengan hajat hidup rakyat banyak?',"

M Romahurmuziy, Ketua Umum PPP

"Saya mengenal almarhum sebagai sosok pemimpin yang amanah serta bertanggung jawab, berani serta tegas dalam mengambil keputusan untuk kepentingan rakyat dan negara. Meski, keputusan tersebut terkadang tidak populis atau ditentang oleh pihak atau kelompok tertentu."

Setya Novanto, Ketua Umum Partai Golkar

"Saya kira beliau (Adi Sasono) boleh dibilang sebagai pionir suatu gerakan civil society sejak awal. Sejak di pemerintahan Orde Baru di 1970-an dan 1980-an, dan kemudian menjadi tokoh koperasi"

Fadli Zon, Wakil Ketua DPR

"Sosialisme Islam itu, ekonomi menurut undang-undang, dan itu juga yang banyak dilupakan orang. Sampai akhir hayatnya, berjuang pada ekonomi kerakyatan. Tiada hari beliau tanpa berjuang untuk rakyat,"

Hamdan Zoelva, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi

"Turut berduka cita atas berpulangnya Bapak Adi Sasono. Semoga semangat ekonomi kerakyatannya menjadi inspirasi kita semua dalam membangun negeri,"

Ridwan Kamil, Wali Kota Bandung

"Salam takziah kepada keluarga beliau dan seluruh warga Indonesia. Semoga rohnya ditempatkan di kalangan orang-orang saleh,"

Wan Azizah Wan Ismail, Pemimpin Oposisi Malaysia

"Dalam banyak diskusi, Mas Adi menekankan arti struktur kesenjangan ekonomi, kemiskinan dan perbedaan kesempatan terhadap modal dan pasar dalam konteks masyarakat dan pembangunan ekonomi,"

Jusman Syafi Djamal, mantan Menteri Perhubungan RI

''Kita kehilangan pemimpin dan tokoh umat dan bangsa yang selalu berfikir dan berpihak kepada ekonomi kerakyatan. Selalu memperhatikan rakyat kecil yang selalu tertinggal dan tertindas, yang selalu menjadi objek pembangunan dan bukan subjek,''

Didin Hafiduddin, Guru Besar IPB

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement