Rabu 27 Jul 2016 16:00 WIB

Teuku Abdullah Sanny, Konsultan Trase Proyek KCIC: Agar Aman Menerobos 11 Gunung

Red:

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung telah dimulai sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani prasasti groundbreaking proyek di Cikalong Wetan, Bandung, pada 21 Januari 2016. Bagaimana kemajuan megaproyek tersebut khususnya dalam hal kajian keamanan jalur yang dilalui kereta cepat itu nantinya? Berikut wawancara wartawan Republika, Zuli Istiqomah, dengan Teuku Abdullah Sanny, konsultan trase proyek dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Proyek Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) melibatkan apa saja dan siapa saja?

Kereta cepat merupakan megaproyek yang bekerja sama dengan Cina. Di situ, dibangun sebuah konsorsium namanya Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) yang berisikan empat BUMN Indonesia dan Cina. Di Indonesia, ada empat BUMN, yaitu Wika dan Jasa Marga untuk infrastruktur, PT KAI untuk kereta, dan PTPN untuk lahan tempat stasiunnya.

Bisa dijelaskan peran Anda dalam proyek ini?

Saya background-nya di bidang sains kebumian. Saya memang bekerja di jalur-jalur kereta api, termasuk shinkansen dan MRT di Jakarta. Jadi, memang khususnya menyangkut subway. Saya yang mengerjakan riset bagaimana mendapatkan jalur yang aman. Saya berfungsi sebagai engineer dan konsultan di bidang trasenya.

Tugas konsultan bidang trase mengerjakan apa?

Saya menentukan jalur mana yang dianggap paling aman. Paling aman itu apa cirinya? Pertama, mitologi batuan baik, kedua, tidak melewati garis sejarah gempa, ketiga, tidak melewati patahan aktif atau tidak aktif, dan keempat, menghindari jalur longsor. Jadi, bagaimana trase aman dilewati. Karena, kecepatan sampai 300 kilometer tidak main-main. Apalagi, Jakarta ke Bandung jalurnya menanjak, jadi tidak bisa sembarangan.

Hambatan utama penentuan trase dalam proyek ini?

Kereta cepat tidak bisa sembarangan mengkol (belok). Jadi, kita akan terobos gunung. Ada 11 gunung yang akan diterobos. Jadi, tugas saya menentukan menerobos di bagian mana.

Bentuknya akan seperti apa?

Kita akan buat terowongan. Dengan panjangnya bervariasi di tiap gunung. Antara 500 meter dan 2.500 meter. Namun, kita juga ambil di jalur yang pemandangannya paling indah. Jadi, begitu keluar gunung, langsung pemandangannya bagus.

Teknologi yang dipakai dijalankan langsung oleh anak bangsa?

Teknologi tentu bangsa kita sendiri. Setiap langkah, setiap sentimeter, diukur dengan bagus. Mendeteksi patahan-patahan yang kami pilih jalur paling aman berdasarkan sejarah gempa.

Teknologi yang digunakan dalam pemilihan trase apa saja?

Ada tiga metodologi yang digunakan. Pertama, seismic tomography. Ini adalah satu metodologi yang sama dengan x-ray dan rontgen dalam dunia kedokteran. Kalau para dokter untuk perut manusia, saya perut bumi. Scan melihat keadaan semuanya. Dengan demikian, tahu adanya patahan, void, dan vault pada lapisan geologinya.

Kedua, control source audio magneto telluric (CSAMT). Ini mendeteksi patahan besar dan lebih detail. Yang ketiga, ground penetrating radar. Metode ini memakai gelombang radar yang bisa mendeteksi sangat detail sampai yang paling kecil dari 1 MHz sampai 1 GHz di dalam lapisan batuan yang dideteksi.

Ada peran engineer asing dalam riset trase ini?

Semua engineer dari Indonesia. Saya tidak mau diganggu orang dari Cina. Tim saya ada 35 orang, dari S-1, S-2, S-3, alumni ITB, UGM, juga UI. Kami siap bekerja sendiri tanpa orang asing, 100 persen anak bangsa.

Antisipasi jalur yang rawan bencana?

Di Indonesia, tidak ada yang tidak rawan bencana. Di Jawa Barat juga rawan bencana. Namun, bukan berarti kita tidak bisa apa-apa. Peran teknologi dan pengetahuan akan memilih yang paling aman. Asal jangan pasang tiang pancang di tempat patahan.

Banyak yang meragukan proyek bekerja sama dengan Cina, menurut Anda?

Semua pihak harus tahu ini untuk kepentingan bangsa. Bukan hanya proyek transportasi kecil. Ke depan, kita butuh teknologi, kecepatan pertumbuhan ekonomi bisa meningkat. Negara lain sudah bikin terus, kita kapan? Banyak orang meragukan teknologi Cina, tapi sebenarnya Amerika juga memakai kereta cepat dari Cina. Karena itu, kita harus membuat early warning system untuk mendeteksi keamanan dari gempa dan sebagainya. Membuat terowongan di gunung yang paling aman.

Bagaimana progresnya hingga saat ini?

Proyek ini menghabiskan biaya Rp 77 triliun yang dibiayai tanpa menggunakan APBN. Akan dibangun trase sepanjang 144,6 kilometer. Hingga pertengahan tahun ini, tim masih terus riset di seluruh trase yang akan dibangun. Jadi, dibagi tim-timnya, ada yang mulai dari Halim, Walini, dan Gedebage. Kemungkinan riset selesai hingga akhir tahun ini. Jadi, pembangunan jalur bisa dimulai pada tahun depan.

Mengapa memilih jalur Jakarta-Bandung?

Ini memang yang dari kemarin menjadi polemik. Padahal, ini sebenarnya percobaan karena pertama kali kita buat kereta cepat. Ini multidisiplin. Jadi, mudah-mudahan ke depannya bisa melanjutkan ke Surabaya.  ed: Andri Saubani

Indonesia Harus Bisa Bangun Sendiri Kereta Cepat Masa Depan

Pembangunan kereta api cepat menjadi megaproyek pada kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bekerja sama dengan Cina dan melibatkan empat BUMN dalam negeri dan BUMN Cina, proyek ini mengikutsertakan banyak ahli dari berbagai multidisiplin ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, bukan sekadar proyek pembangunan, proyek ini juga menjadi momentum pembelajaran para ahli di Indonesia untuk mengembangkan teknologi kereta cepat ke depannya.

Hal ini disampaikan ahli kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), Teuku Sany. Profesor yang juga ikut serta dalam proyek kereta cepat di bidang riset pembangunan jalur ini mengharapkan pemerintah memanfaatkan proyek untuk meningkatkan kemampuan anak bangsa.

Sany menyebutkan, Presiden Jokowi bisa membentuk sebuah konsorsium kereta cepat yang murni diisi ahli-ahli dari Tanah Air. Agar ke depannya, Indonesia bisa mengembangkan sendiri kereta api cepat tanpa meminta bantuan negara lain. "Ke depannya, Pak Jokowi harus membuat konsorsium para ahli untuk industri kereta cepat. Jangan dibiarkan proyek KCIC berlalu demikian saja. Ini harus jadi pembelajaran supaya ada transfer teknologi sehingga Indonesia dalam 10 tahun ke depan bisa membuat kereta cepatnya sendiri," kata Sany kepada Republika, belum lama ini.

Menurutnya, Indonesia merupakan negara yang luas. Transportasi menjadi kepentingan utama yang harus terus dikembangkan. Kereta cepat dinilainya menjadi salah satu transportasi penting untuk masa mendatang. Dengan modal kecepatan dan bebas hambatan, kereta cepat menjadi bisnis yang sangat dibutuhkan ke depannya.

Sany mengatakan, sesuai dengan visi misi pemerintahan saat ini, pembangunan infrastruktur harus merata di semua pulau. Sehingga, kereta cepat dapat menjadi pilihan transportasi di semua pulau. "Jadi, ke depan, kereta cepat merupakan karya anak bangsa yang tidak hanya dibangun di Pulau Jawa, tapi juga di luar Pulau Jawa," ujarnya.

Ia meyakini, bangsa Indonesia mampu menciptakan kereta cepat dengan teknologi canggih ke depannya. Sehingga, tidak lagi bergantung pada negara lain yang sudah memulai teknologi kereta cepat sejak dulu. Atas alasan itu, para ahli yang terlibat dalam proyek KCIC diminta untuk mempelajari dan mengeruk ilmu sebanyak-banyaknya.

Sany pun meminta pemerintah ke depannya bisa memberikan kepercayaan yang cukup pada anak bangsa. Bahwa Indonesia bisa menjadi bangsa yang mandiri dalam pembangunan infrastruktur tanpa campur tangan bangsa asing. "Saya kira anak bangsa pasti mampu. Tinggal bagaimana pemerintah memberikan kepercayaan yang cukup. Jadi, proyek bukan hanya proyek uang, melainkan juga dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan SDM dan intelektual anak bangsa," tuturnya.    Oleh Zuli Istiqomah, ed: Andri Saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement