Rabu 30 Mar 2016 18:00 WIB

Surya Chandra Surapaty, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional: Meningkatkan Kualitas Generasi Masa Depan Lewat KB

Red:

Foto: Republika/ Yasin Habibi  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pada 25 Januari, Indonesia menjadi tuan rumah International Conference on Family Planning (ICFP) 2016 di Nusa Dua, Bali. Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu topik utama yang dibahas dalam konferensi tersebut. Negara-negara yang terlibat dalam konferensi telah sepakat menjadikan KB sebagai komitmen bersama bagi pembangunan bangsa secara jangka panjang.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Surya Chandra Surapaty mengatakan, ICFP menjadi momentum penting untuk kembali merevitalisasi program KB. Menurut dia, sudah saatnya program KB yang sejak reformasi seolah 'terpinggirkan' mulai ditekankan kembali. Angka kematian ibu (AKI) yang tinggi menjadi salah satu indikasi pentingnya revitalisasi program KB. Berikut hasil wawancara Republika dengan dr Surya Chandra Surapaty tentang arti penting program KB bagi pembangunan manusia Indonesia.

Apa hasil penting dari ICFP 2016 dan bagaimana langkah Indonesia untuk menjalankan komitmen bersama dalam konferensi itu?

ICFP adalah pertemuan internasional dengan fokus pembahasan persoalan KB. ICFP menjadi ajang komunitas KB dunia untuk membagi pengetahuan dan menyepakati rencana ke depan. Tema konferensi tahun ini, yaitu "Global Commitments, Local Actions".

Hasil penting dari ICFP 2016, yakni menekankan pentingnya KB sebagai investasi strategis untuk memastikan kesehatan generasi masa depan, tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan, dan kemakmuran dunia.

Komitmen Indonesia dari hasil konferensi itu sudah dilakukan sebelum konferensi. Pada 14 Januari, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan kampung KB di Desa Mertasinga, Cirebon, Jawa Barat.

Apa yang dimaksud dengan program Kampung KB?

Kampung KB ini merupakan model baru dalam menggarap program KB yang berkelanjutan. Kampung ini didesain menjadi model pembangunan terpadu berwawasan kependudukan di level mikro. Karena itu, lokasi Kampung KB berada di tingkat rukun warga (RW) atau lazim disebut kampung.

Dalam kampung KB dilakukan program kependudukan, KB, dan pembangunan keluarga yang dilaksanakan secara terkait. Beberapa kegiatan yang dilakukan di kampung ini, antara lain, optimalisasi pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak sejak di kandungan sampai seribu hari pertama kehidupan, perencanaan kehamilan yang baik sejak pranikah dan selama mengandung, menurunkan angka fertilitas melalui pelayanan KB yang bermutu, merata, dan dapat diakses oleh seluruh keluarga, mengembangkan kualitas keluarga melalui Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) Generasi Berencana, dan Bina Keluarga Lansia (BKL), persiapan anak usia sekolah melalui integrasi mata pelajaran tentang isu kependudukan, serta memaksimalkan pelayanan posyandu.

Wilayah seperti apakah yang menjadi salah sasaran Kampung KB ini?

Wilayah sasaran Kampung KB diutamakan yang berada di perbatasan negara, wilayah terpencil, maupun wilayah dengan geografis yang sulit terjangkau alat transportasi. Selain itu, wilayah padat penduduk, seperti perkampungan nelayan/pesisir, kawasan industri, kawasan wisata, daerah aliran sungai (DAS), dan daerah kumuh.

Pada intinya, BKKBN akan memperkuat program KB dengan pendekatan dari masyarakat (bottom up). Masyarakat akan diedukasi pentingnya merencanakan keluarga dan kesejahteraan keluarga.

Tahun ini, secara nasional akan dicanangkan secara bertahap keberadaan kampung KB di seluruh Indonesia. Di satu kabupaten nanti akan ada satu Kampung KB. Wilayah mana yang dipilih, kami serahkan sepenuhnya kepada pemerintah provinsi dan pemerintah daerah masing-masing. Jadi, nanti ada sekitar 538 kampung KB di seluruh Indonesia. Keberlangsungannya akan dievaluasi setiap bulan.

Apa target dan tujuan program Kampung KB ini?

Tujuan secara umum adalah membangun manusia Indonesia yang cerdas dan berkualitas dengan cara mengendalikan angka kelahiran. Mengapa hal ini penting? Karena, kami ingin mengedukasi masyarakat, khususnya para ibu, untuk bisa menerapkan pola asih, asuh, dan asah kepada anak-anaknya secara sempurna. Dengan kelahiran yang terkendali, yakni dua anak, ibu bisa mencurahkan lebih banyak waktu dan tenaga bagi tumbuh kembang anak-anaknya. Dari sisi kesehatan, kelahiran yang terkendali menguntungkan bagi para ibu.

Secara lebih spesifik, tujuan program ini sesuai dengan tiga agenda penting, yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat desa-desa, meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dan melakukan revolusi karakter bangsa.

Bagaimana program KB di Indonesia sejauh ini sejak dicanangkan pada masa Orde Baru?

Program KB di Indonesia dimulai sekitar 1957. Saat itu, didirikan perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Program KB masuk ke Indonesia melalui jalur urusan kesehatan (bukan urusan kependudukan).

Kemudian, pada 1970, program KB menjadi program pemerintah yang ditandai dengan ditetapkannya tanggal 29 Juni sebagai Hari Keluarga Nasional. Pada tanggal tersebut, pemerintah mulai memperkuat dan memperluas program KB ke seluruh Indonesia. Program Keluarga Berencana (KB) Mandiri Lingkaran Biru yang diluncurkan Presiden Soeharto pada 1987 sempat populer hingga 1990-an.

Namun, program tersebut sempat meredup mulai 1997-2000-an. Hal ini karena krisis moneter dan reformasi yang memengaruhi dalam kebijakan politik dan ekonomi.

Program KB terabaikan setelah Reformasi, hal ini diikuti kemudian dengan desentralisasi/otonomi daerah. Hal ini terkait kebijakan politik yang berimbas di kelembagaan, anggaran, ketersediaan personelnya, dan lainnya. Setelah era Reformasi, komitmen kepala daerah terhadap program KB ternyata sangat bervariasi. Program KB era Orde Baru tergolong berhasil, bahkan dapat pengakuan dunia internasional (PBB) dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Namun, era 2000-an, program KB cenderung menurun ditunjukkan dengan data capaian program KB yang relatif stagnan.

Mengapa program KB itu tetap penting untuk Indonesia?

Saat ini, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Susenas pada 2014 dan 2015, jumlah penduduk Indonesia mencapai 254,9 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menjadikan perlunya upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk.

Program KB penting dalam menekan jumlah kelahiran bayi yang terjadi di Indonesia dengan indikator angka kelahiran atau total fertility rate (TFR). Program KB merupakan bagian dari hak dasar individu dan keluarga. Melalui pelayanan KB, keluarga memiliki kesempatan untuk merencanakan jumlah dan jarak kelahiran anak. Perencanaan yang baik melalui KB juga memberikan peluang yang lebih besar bagi negara untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Sebab, dengan jumlah penduduk terencana, negara lebih mudah melakukan investasi dalam hal kualitas penduduk dan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan pula.

Program KB juga menurunkan maternal mortality rate (MMR) karena setiap ibu melahirkan berisiko kematian. KB juga akan menekan infant mortality rate (IMR) sebab risiko kematian bayi juga sangat bergantung dari kesehatan ibu dan perhatian ibu. Dengan mengatur jarak kelahiran dengan KB, perhatian keluarga terhadap gizi anak juga akan lebih baik.

Dari sisi pendidikan, program KB akan memengaruhi kecerdasan anak. Kondisi ekonomi keluarga lebih proporsional untuk mencukupi dua anak. Jumlah dua anak memperbesar peluang mereka untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi.

Angka pernikahan dini di Indonesia saat ini masih tinggi, bagaimana BKKBN mengantisipasi hal ini?

Dalam mengantisipasi pernikahan dini, BKKBN mengembangkan program GenRe yang menekankan pesan pendewasaan usia perkawinan. Pemahaman yang diberikan kepada para remaja adalah mereka harus memahami betul perencanaan masa depan.  Kapan mereka harus melanjutkan dan menyelesaikan pendidikannya, kapan mulai bekerja, dan kapan memasuki kehidupan berkeluarga.

Remaja perlu memahami persiapan yang diperlukan sebelum memutuskan untuk menikah dari sisi pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan psikologis. Harapannya, mereka siap dan matang ketika memasuki kehidupan berkeluarga dan kehidupan sosial.

Pemahaman pendewasaan usia perkawinan disampaikan BKKBN melalui wadah Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa. Wadah program GenRE ini dikembangkan BKKBN dengan pendekatan dari, oleh, dan untuk remaja, jadi dikelola oleh pendidik sebaya dan konselor sebaya.

Apakah ada perbaikan angka kematian ibu di Indonesia? Bagaimana target pemerintah dalam penurunan angka kematian ini pada dan kapan angka ideal itu tercapai?

Angka kelahiran ibu (AKI) saat ini mencapai 359 kematian/100 ribu jumlah kelahiran hidup. Kondisi ini sebenarnya jauh dari target. Sebab, semestinya ada penurunan AKI dari 228 kematian/100 ribu kelahiran hidup menjadi 102 kematian/100 ribu kelahiran hidup pada 2015.

Target nasional adalah menurunkan angka kematian kembali ke 102 kematian/100 ribu kelahiran hidup dalam lima tahun mendatang. Sementara, target penurunan AKI secara global pada 2030 adalah 70 kematian/100 ribu kelahiran hidup.

Beberapa penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan (37 persen), infeksi (22 persen), dan hipertensi (14 persen). Untuk menurunkan AKI, kami memberikan akses menyeluruh kepada pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual, termasuk program KB.

Bagaimanakah komentar Anda soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) baru-baru ini yang menolak gugatan penambahan batas minimal menikah dalam UU Perkawinan?

Pada dasarnya, kami mendukung upaya peningkatan usia perkawinan. Dengan demikian, pemuda Indonesia memiliki kesempatan untuk dapat mengenyam pendidikan lebih tinggi, mampu berprestasi dulu dalam pekerjaan, dan secara fisik atau kesehatan sudah lebih kuat untuk hamil. Sebab, dengan begitu, angka kematian ibu dapat dikurangi. Namun, ternyata ada pertimbangan lain sehingga usulan perubahan batas usia tersebut ditolak.

Kita perlu meninjau ulang dan duduk bersama terkait batas usia nikah, perlu mempertimbangkan kualitas individu, dan bangsa ini melalui pernikahan yang dilakukan pada usia yang cukup.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan pendapat saya, yakni kehamilan pada usia remaja atau di bawah usia 20 tahun, memiliki risiko kesehatan yang lebih tinggi. Hal ini karena organ reproduksi wanita yang belum siap sehingga membahayakan untuk kehamilan. Kondisi sel telur pada usia remaja juga belum sempurna sehingga dapat mengganggu perkembangan janin.

Kehamilan pada usia remaja juga berisiko tinggi mengalami tekanan darah tinggi pada ibu hamil, kelahiran prematur, berat badan lahir bayi yang rendah saat lahir, dan wanita dikhawatirkan mengalami depresi kecemasan berlebih setelah melahirkan. Dan, yang dikhawatirkan adalah risiko kematian ibu saat melahirkan karena pendarahan dan infeksi.  c36 ed: Andri Saubani

Mantap Mengabdi di Dunia Kependudukan

Surya Chandra Surapaty lahir di Palembang pada Juni 1951. Pria yang pernah berkarier di parlemen ini mengaku gemar menyanyi dan gerak badan. Menurut Surya, dia sangat sering menyanyikan tembang lawas milik Frank Sinatra, "My Way". "Lagu itu saya hafal di luar kepala. Saya pun senang menyanyi lagu-lagu pop anak muda zaman sekarang," ucap bapak tiga anak ini kepada Republika, belum lama ini.

Seperti halnya kisah dalam lagu tersebut, Surya mantap memilih studi kependudukan sebagai jalan kariernya. Seusai menamatkan pendidikan SMA, Surya menempuh pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sriwijaya (Unsri). Dia tamat pada 1978 dan langsung menjadi dosen di FK Unsri.

Saat bekerja sebagai dosen, kakek dari tiga orang cucu ini mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan master di Hawaii, Amerika Serikat. Gelar master of public health pun disandang Surya dan segera dilanjutkan dengan studi doktoral di Michigan, Amerika Serikat.

Pada saat menempuh studi doktor itulah, Surya bersinggungan dengan studi kependudukan. Disertasinya saat itu menganalisis tentang survei demografi kesehatan di Indonesia.

Seusai mendapat gelar doktor, Surya pulang ke Tanah Air dan kembali mengajar di Unsri. "Tetapi, ketika itu saya tidak hanya mengajar. Saya juga menjadi peneliti di Departemen Kependudukan Unsri. Sempat juga menjadi kepala di situ," jelasnya.

Pada 1999-2004, Surya melebarkan karier sebagai anggota DPR RI. Surya menjabat sebagai ketua Komisi VII yang saat itu membidangi kesehatan, kependudukan, dan ketenagakerjaan. Periode selanjutnya, karena partai pengusungnya tak mendapat kursi di DPR, dia pun kembali mengajar sebagai dosen di Fakuktas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI).

Surya kembali menjabat sebagai anggota DPR pada 2009-2014. "Seusai Pemilu 2014, saya tak lagi anggota DPR lagi. Lalu, terpikir untuk melamar menjadi kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)," ungkapnya. Sebelum resmi menjadi kepala BKKBN, pria yang sangat peduli dengan konsep menjaga kesehatan tubuh ini menjalani serangkaian tes selama tiga bulan. Surya pun lolos tes dan dilantik sebagai kepala BKKBN pada 26 Mei 2015.

Surya kini berkomitmen untuk kembali merevitalisasi KB bagi masyarakat Indonesia. Surya percaya kualitas masyarakat berawal dari keluarga. Menurutnya, pola asuh ibu dan kematangan ayah dalam menjalankan fungsi keluarga merupakan kunci menciptakan manusia Indonesia masa depan yang cerdas dan berkualitas. "Keunggulan program KB di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain adalah adanya kesadaran cukup tinggi pada masyarakat untuk berpartisipasi dalam program ini."  c36 ed: Andri Saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement