Rabu 20 Jan 2016 11:00 WIB

Mochammad Nasih, Rektor Universitas Airlangga: Mimpi Unair Menjadi Kampus Rakyat yang Mendunia

Red:

Universitas Airlangga atau Unair di Surabaya adalah salah satu kampus unggulan dan favorit di Indonesia. Selama ini, Unair terutama dikenal karena kualitas pendidikan rumpun kedokteran dan kesehatannya. Dinakhodai rektror baru, Mochammad Nasih, Unair kini sedang mengejar reputasi terbaik untuk bidang-bidang keilmuan yang lain.

Sebelum 2020, kampus kebanggan Jawa Timur ini menargetkan masuk jajaran 500 perguruan tinggi terbaik dunia. Meski memasang cita-cita yang sangat tinggi, Unair ingin mempertahankan gelarnya sebagai kampus rakyat yang murah. Bagaiamana Unair mewujudkannya, berikut wawancara wartawan Republika, Andi Nurroni, dengan Mochammad Nasih, pada akhir 2015.

Akan seperti apa konsep pembangunan Unair ke depan?

Keinginan kita itu sudah lama, ingin menjadi perguruan tinggi yang mandiri, baik secara pengelolaan maupun finansial, tidak bergantung pada mahasiswa. Gagasan itu mendorong banyak hal, termasuk university holding.

University holding itu seluruh sumber daya kita dorong untuk memberikan nilai yang mendukung pengelolaan perguruan tinggi. Jadi, tidak bisa lagi bergantung pada mahasiswa. Anggaran dari mahasiswa terbatas dan anggaran negara juga berkurang untuk perguruan tinggi negeri badan hukum (PTNBH), mau nggak mau kita arus ke university holding. Kita punya banyak potensi.

Apa saja potensi yang dimiliki Unair?

Riset kita banyak yang bisa kita jual. Mungkin selama ini kita lupa karena kita sibuk pada pengajaran. Kita ingin ke knowledge economy. Kita ingin menghindari bisnis yang primer, seperti industri dan lain-lain. Kita ingin jual kreativitas. Korea berkembang dengan Samsungnya atau Silicon Valley di Amerika, itu berkembang dari kampus.

Sektor-sektor yang knowledge-based telah lumayan banyak kita kerjakan. Salah satu unggulan kita Institute of Tropical Deseas (ITD). Hampir semua departemen punya penelitian unggulan lain yang prospektif. Itu kemudahan mengapa kita bentuk pembantu rektor IV yang akan mengurus ini semua.

Bagaimana mewujudkan Unair masuk 500 kampus terbaik dunia?

Dalam akademik, kita ingin paling tidak 80 persen prodi kita terakreditasi A. Sekarang baru 76 persen, semoga pada akhir periode (kepemimpinan saya) bisa 90-95 persen. Kemudian, juga kita ingin ada yang terakreditasi internasional, minimal 15 persen (prodi). Sekarang baru lima persenan (prodi).

Di bidang riset, kita berharap, paling tidak, 30 persen dari dosen memilki publikasi pada jurnal yang terindeks Scopus. Sekarang posisinya belum sampai 10 persen. Selain itu, di bidang pengabdian kepada masyarakat, kita ingin ada satu-dua kegiatan yang dampakya berskala nasional. Kita kemarin, misalnya, ikut dalam proses pengabdian di Madura, ada pulau yang masyarakatnya terjangkit lepra.

Di mana posisi Unair saat ini?

Di Indonesia, kita di posisi empat versi QS (World University Ranking). Pertama UI, ITB, dan UGM. Sementara, kita tidak menargetkan menyalip peringat di dalam negeri, tapi menyalip peringat perguruan tinggi di laur nergeri. Di Asia, kita di urutan 147. Di dunia, kita 700 plus. Target kita masuk 500 besar dunia. Posisi kita strategis. Pemerintah menargetkan itu tercapai ada 2019.

Bagaimana merangsang dosen lebih produktif meneliti?

Kita memberikan penghargaan kepada beberapa peneliti yang berprestasi. Ada juga intensif untuk dosen yang publikasinya banyak, itu sudah dilakukan. Ke depan, akan lebih menggembirakan. Kalau ada publikasi yang terindeks internasional, kita beri intensif hingga 50 juta.

Kita bukan hanya mengejar peringkat, melainkan juga Unair menjadi universitas yang sesungguhnya, kalau risetnya tidak jalan, bagaimana keilmuan bisa berkembang, kalau keilmuan tidak berkembang, pengajaran tidak berkembang. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu, kita bisa mewarnai perubahan dunia. Kita harus turut serta dalam perubahan dunia.

Bagaimana dukungan pemerintah terhdap PTN selama ini?

Sebenarnya, di kancah internasional itu, perhatian pemerintah terhadap PTN jauh lebih besar. Ini belum di Indonesia karena kemampuan Indonesia segini ini. Itu membuat kita susah mengejar mereka. Di luar negeri, pendanaan terus ditambah, otonomi tetap dijaga. Nah, konsep university holding menyiasati kondisi. Namun, tentu lebih baik jika pemerintah lebih mendukung.

Bagaimana mewujudkan Unair tetap menjadi kampus merakyat?

Kita punya target 25 persen pendapatan kita dari non-SPP dan nonpemerintah. Sekarang angkanya baru 10 persen. Itu paling banyak dari riset, kerja sama dengan pemda dan perusahaan. Dari pemerintah, kita masih didanai 50 persen. Total biaya operasional kita Rp 800 miliar. Dari pemerintah Rp 400 miliar. Dari mahasiswa kurang lebih Rp 300 miliar. Kita ingin menekan pungutan dari mahasiswa. Dengan begitu, Unair jadi kampus rakyat.

Kita lihat jumlah mahasiswa di Unair 35 ribu dengan kampus yang tidak terlalu besar. Kita harus melayani sebaik-baiknya. Ke depan, kita akan terus menjamin kuota untuk masyarakat miskin lebih besar.

Langkah apa lagi untuk mendukung kemandirian universitas?

Saat ini, kita sedang proses tukar guling tanah di belang kampus. Nanti, kalau tukar guling kita beres, akan ada hotel dan apartemen, kita sewakan. Saya berharap dan optimistis, kalau tahun depan sudah bisa tukar guling, tahun depan bisa kita mulai pembangunan. Luasnya 15-20-an hektare. Ada juga konsep pusat perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan warga Unair saja. Memang, itu sering kali kita dikira komersialisasi. Padahal, itu justru untuk menyubsidi mahasiswa.  ed: Andri Saubani

***

Ekonomi Indonesia Terlalu Mendewakan Pertumbuhan

Perekonomian Indonesia terus bertumbuh walaupun tidak setinggi beberapa tahun sebelumnya. Sayang, pertumbuhan juga diiringi peningkatan utang luar negeri, baik melalui pemerintah maupun swasta.

Rektor Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Mochamad Nasih berpendapat, perekonomian Indonesia terjebak pada angka-angka pertumbuhan. Menurut dia, pemerintah dan publik telanjur menganggap perekonomian gagal jika tanpa pertumbuhan.

Pendapat itu, menurut Nasih, tidak sepenuhnya salah. Namun, ketika utang luar negeri seolah menjadi syarat atas pertumbuhan, menurut dia, di sana ada kekeliruan. "Sekarang, kondisi terakhir, target pajak tidak terpenuhi, dari mana menutupinya kalau bukan dari utang?" ujar pakar akuntansi dan ekonomi Unair tersebut ketika dijumpai di kampusnya, akhir 2015 lalu.

Upaya yang lebih penting dari menarik utang luar negeri, menurut Nasih, adalah menciptakan sistem ekonomi yang efisien. Ia mencontohkan, mengefisienkan belanja pegawai dan memperbaiki pelayanan sektor bisnis adalah dua hal yang bisa dilakukan.

Menurut dia, iklim bisnis di Indonesia penuh dengan ketidakpastian. Jika prosedur dan pelayanan bisnis sudah memiliki jaminan kepastian, akan berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi. "Yang menyebabkan ketidakpastian itu tinggi adalah banyak aturan yang tidak jelas dan membuat orang malas. Kalau (berpendapat) agak politis, banyak pungutan enggak jelas, biaya yang gak jelas. Itu membuat iklim ekonomi kita tidak sedemkian maju," ujar pria kelahiran Gresik, 1965, tersebut.

Efisiensi ekonomi, menurut Nasih, juga harus secara nyata memajukan kesejahteraan masyarakat. Ia mencontohkan, kesejahteraan petani tidak pernah terangkat karena manajemen perdagangan yang berbelit dan merugikan petani. "Petani kita terkendala banyak hal, bertani bukan menjadi pilihan karena nilai tambah yang dihasilkan tidak banyak. Harga rendah, ongkos produksi mahal. Kalau sudah begitu, masyarakat malas, kalau malas, seberapa kita bisa menghasilkan?" ujar Nasih.

Secara khusus, Nasih juga menaruh perhatian terhadap sektor ekonomi syariah. Menurut dia, ekonomi syariah merupakan salah satu jalan alternatif untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Hanya, menurut Nasih, konsep dan praktik ekonomi syariah di Indonesia harus terus disempurnakan. "Sebagai contoh, perbankan syariah di Indonesia belum murni syariah. Perbankan syariah itu bukan hanya pinjam-meminjam, melainkan juga ada unsur pembinaan dan pemberdayaan. Jadi, bagi hasilnya akan murni. Kalau sekarang masih sangat semu," kata dia.  ed: Andri Saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement