Jumat 09 Dec 2016 16:00 WIB

Pengemudi Ojek Parkir Sembarangan

Red:

Republika/Prayogi                   

 

 

 

 

 

 

 

 

Saat ini, para pengemudi ojek berbasis aplikasi makin sering terlihat memangkal di sembarangan tempat. Sayangnya, keberadaan mereka kerap membuat lalu lintas di sekitarnya menjadi tersendat. Hal itu lantaran pengemudi ojek suka sembarangan memarkir kendaraan di tepi jalan atau trotoar.

Pemandangan itu yang didapati Republika di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, sekitar pukul 17.00 WIB, kemarin. Sebagian besar pengemudi yang memakai jaket hijau kombinasi hitam memarkir kendaraannya di pinggi jalan, tepat di samping Stasiun Pasar Minggu.

Salah satu pengemudi ojek berbasis aplikasi, Indra Tri Haryono, mengatakan, sore hari merupakan waktu paling banyak penumpang yang memanfaatkan jasanya. Apalagi, pada waktu tersebut,  pegawai kantoran tengah ramai pulang bekerja. Sehingga, ia dengan mudah mendapat penumpang dengan berbagai tujuan jarak pendek dan menengah.

"Yang rame itu pagi dan sore. Kalau pagi orang-orang pada berangkat kerja, nah kalau sore pulang kerja. Biasanya sih mangkal setiap sore di sini (Stasiun Pasar Minggu) ada delapan yang order," ujarnya, kemarin.

Sebenarnya ada juga pengemudi ojek pangkalan (opang) yang memangkal di sana. Namun, saat ini jumlah pengemudi ojek online lebih banyak daripada opang. Baik opang maupun ojek online sama-sama berebut penumpang yang keluar dari stasiun. Indra tidak memungkiri keberadaan para pengemudi ojek membuat lalu lintas di sekitar Stasiun Pasar Minggu menjadi semrawut. Meski terdapat tanda larangan parkir, para pengemudi ojek tetap saja memarkirkan kendaraan sesukanya.

Indra mengatakan, kadang ada petugas Dinas Perhubungan Jakarta Selatan dan kepolisian yang menertibkan para pengemudi ojek yang parkir di sembarangan tempat. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, lantaran mereka kembali ke tempat semula jika petugas pergi. Dia tidak memungkiri, keberadaannya turut menyumbang kemacetan. Namun, ia merasa tidak punya pilihan, lantaran jika tidak begitu, penumpang akan kesulitan menemuinya.

"Sebenernya sih di sini enggak boleh parkir, kalau misalnya lagi macet-macetnya enggak boleh. Setiap pagi sering diusir. Kalau kita diusir ya kita jalan, enggak usah ngelawan. Kalau Dishub ngelarang ya udah jalan. Ya kami tahu diri aja sih. Pergi, cari tempat yang sepi," katanya.

Pengemudi ojek online lainnya, Sudito, mengatakan, sudah mengetahui di kawasan tersebut termasuk area yang berlaku larangan parkir. Namun, ia memilih tetap memarkir kendaraan di pintu keluar Stasiun Pasar Minggu, demi mendapatkan penumpang dalam jumlah banyak. Menurut dia, para pengemudi ojek memang kesulitan mendapatkan tempat parkir representatif di sekitar Pasar Minggu. Karena tidak ada pilihan lain, ia dan kawan-kawannya tidak lagi memedulikan aturan yang berlaku. "Sebenarnya sih dilarang. Kalau diusir, kita geser ke tempat lain. Tapi kalau enggak mangkal di sini, mau di mana ?"

Salah satu petugas Dishub Jakarta Selatan yang sedang bertugas di Pasar Minggu, Andri, mengaku, sangat sulit untuk bisa menertibkan pengemudi ojek yang lebih senang memarkir kendaraannya di tepi jalan. Dia mengatakan, sudah berkali-kali mengingatkan mereka untuk bisa tertib, agar lalu lintas di sekitarnya tidak terganggu. Namun, respons yang didapatnya malah sangat menjengkelkan.

"Di sini jelas enggak boleh parkir sembarangan, soalnya ada tanda larangan parkir. Tapi susah juga, orang sekarang kan begitu, kalau kita bilang malah galakan dia. Kalau kita kerasin dibilang sewenang-wenang," kata Andri.

Dia menjelaskan, hampir setiap sore di kawasan Stasiun Pasar Minggu selalu dipenuhi pengemudi opang dan ojek berbasis aplikasi. Padahal, jalan tersebut sering macet karena pengendara yang ingin belok ke arah Condet, Jakarta Timur, sering tertahan akibat kereta rel listrik (KRL) yang sering melintas. Belum lagi, kadang bus Damri dari Bandara Soekarno-Hatta juga kesulitan ketika ingin memutar gara-gara jalanan dipenuhi pengemudi ojek.

Namun, kata dia, akhirnya petugas tidak berdaya lantaran para pengemudi ojek tetap seenaknya sendiri dalam memarkir sepeda motornya. Dia berharap, perusahaan ojek berbasis aplikasi untuk ikut memikirkan dampak buruk kehadiran mereka di jalanan. "Ojek online kan seharusnya dibuat untuk mempermudah transportasi, tapi kenyataannya malah mangkal sembarangan gini. Padahal kan mereka bisa menerima penumpang di mana aja tanpa mangkal lama-lama," ujarnya.        mg01, ed: Erik Purnama Putra

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement