Jumat 24 Jun 2016 15:00 WIB

Menikmati Ramadhan Ala Warga Pulau Pramuka

Red:

Gema Ramadhan tak hanya menyentuh warga Jakarta daratan, penghuni wilayah gugusan Kepulauan Seribu pun ikut menikmatinya. Semarak Ramadhan, seperti shalat Tarawih berjamaah dan ngabuburit juga turut dirasakan warga, salah satunya di Pulau Pramuka.

Republika merasakan sensasi berpuasa di Pulau Pramuka selama dua hari pada 22-23 Juni 2016. Pada siang hari, panas terik mendekap seluruh bagian pulau. Tak ayal, warga pun lebih memilih berdiam diri di dalam rumah. Sehingga aktivitas di sana amat sepi. Hanya tampak beberapa orang saja yang berlalu-lalang.

Meski begitu, ketika azan Zhuhur berkumandang, warga mendadak ramai keluar rumah untuk menuju satu-satunya masjid di pulau itu, yaitu Masjid al-Makmuriyah. Usai menunaikan shalat di masjid yang diresmikan pada 2005 itu, mayoritas warga kembali ke rumahnya masing-masing. Situasi pun kembali hening dan senyap.

Pengurus Masjid al-Makmuriyah, Ajat Sudrajat, menerangkan, kegiatan di masjid yang berbeda dibandingkan hari biasanya adalah adanya shalat Tarawih berjamaah dan buka puasa bersama. Ajat mengatakan, ajang buka bersama di masjid hanya menyediakan minuman dan gorengan saja. Itu pun bergantung dengan penyumbang.

"Kita ada yang nyumbang makanan dan minuman buat buka bersama di masjid, jadi kalau ada yang mau buka bareng bisa nih walau kecil-kecilan," ucapnya kepada Republika, Kamis (23/6).

Ajat melanjutkan, kegiatan tadarus bagi anak-anak dan dewasa pun ada, tapi tak dilakukan setiap hari. Menurut dia, kegiatan mengaji Alquran hanya dilakukan sepekan sekali. Ketika mendekati Hari Raya Lebaran, diadakan sejumlah lomba bagi anak-anak. Dia menyebut, kompetisi itu meliputi lomba azan, busana Muslim, dan mengaji. "Tujuannya untuk membuat anak-anak paham Islam sekaligus menjalankannya," ujarnya.

Memasuki sekitar pukul 16.00 WIB, geliat aktivitas warga mulai dapat muncul. Dari yang berusia anak, remaja, dewasa hingga lansia tumpah ruah keluar rumah. Mereka rata-rata sekadar duduk-duduk di depan rumah, berkeliling pulau, atau berdiam diri menikmati deburan ombak di pinggir pantai.

Salah satu hal yang menyita perhatian adalah kehadiran becak motor (bentor). Bentor ternyata merupakan sarana angkutan umum bagi warga. Khusus selama Ramadhan, peminat bentor melonjak pada sore hari. Warga, khususnya ibu-ibu dengan mengajak anaknya rata-rata gemar menggunakan bentor ketika mengisi waktu menjelang berbuka.

Pengemudi bentor, Saefuddin, mengatakan, selama Ramadhan penumpang baru muncul menjelang sore hari. Ketika siang atau malam hari, ia lebih memilih tidak mengemudikan bentornya ketimbang rugi tak dapat penumpang. Tarif bentor untuk sekali keliling pulau ditetapkan Rp 3.000. "Kalau pagi sama sore banyak orang naik, kebanyakan ibu-ibu bawa anaknya keliling pulau," katanya kepada Republika, Kamis (23/6).

Menurut Saefuddin, untuk kalangan remaja lebih memilih menggunakan sepeda motor atau nongkrong di sudut-sudut pulau untuk menanti waktu berbuka. Selain itu, tidak sedikit pula yang berkumpul di dermaga. Adapun kelompok bapak-bapak terpantau lebih banyak menghabiskan waktu beristirahat di rumah atau jika berprofesi sebagai nelayan, mereka akan beraktivitas di laut. Kalau pun tak melaut, para nelayan terlihat memperbaiki perahu dan kailnya.

Sebelum waktu berbuka, sekitar pukul 17.00 WIB, aktivitas jual beli makanan dan minuman berbuka mendadak ramai. Jajanan seperti bakwan, risoles, tahu goreng, martabak tahu tersedia dengan harga Rp 2.000. Selain itu, ada pula siomai, es kelapa, kolak, dan es buah. Salah satu pedagang, Ratna, mengaku, biasanya berjualan di pantai saat ramai wisatawan. Tetapi pada musim Ramadhan ini, ia memilih berjualan di area tengah pulau lantaran pembelinya mayoritas penduduk lokal.

"Ramadhan gini wisatawan sepi, jadi saya jualan di sini, biar dagangan saya habis. Kan yang beli juga orang sini," ujar Ratna.

Tokoh masyarakat Pulau Pramuka, Tabri Hasan, menyatakan, sudah menjadi tradisi selama bulan Ramadhan, tak banyak kegiatan yang dilakukan warga lokal. Sebab, kebanyakan warga beristirahat dan beribadah saja. Ketika Ramadhan memasuki hari terakhir, sambung dia, warga lokal biasanya mengadakan arak-arakan. Menurut Tabri, sehari jelang Lebaran, keramaian warga sudah terjadi sejak waktu Zhuhur dan berlanjut hingga malam hari.

"Kita kan ada asas kebersamaan supaya gabung kumpul bersama-sama rayakan datangnya Lebaran," ujarnya.    Oleh rep: Rizky Suryarandika, ed: Erik Purnama Putra

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement