Selasa 31 May 2016 14:00 WIB

Heru Budi Mundur PNS pada Agustus

Red:

JAKARTA — Kepala Badan Pengelola Keuangan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta Heru Budi Hartono akan mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil (PNS) pada Agustus 2016. Langkah itu dilakukan lantaran Heru berstatus sebagai pendamping Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang maju di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI 2017. Pasangan jalur independen itu pada Agustus bakal mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jakarta.

"Kita lihat jadwalnya KPU dan untuk jabatan di PT Delta sudah RUPS (rapat umum pemegang saham) dengan digantikan Pak Michael. Kalau untuk Bank DKI masih dalam proses," kata Heru di Jakarta, Senin (30/5).

Heru mengatakan, untuk saat ini, ia tetap berpasangan dengan Ahok sebagai calon wakil gubernur (wagub) DKI periode 2017-2022. Langkah pengunduran diri sebagai PNS itu juga menepis kabar ia batal berpasangan dengan calon pejawat tersebut.

Heru saat ini kerap dipanggil KPK sebagai saksi dalam kasus suap reklamasi di Teluk Jakarta. Hal itu dapat menjadi kendala bagi Ahok, apabila status Heru dinaikkan menjadi tersangka. "Kita lihat perkembangannya dan selanjutnya tanya Pak Ahok," kata mantan wali kota Jakarta Utara itu.

Heru juga menjelaskan ketidakhadirannya pada saat acara Teman Ahok Fair di Gudang Sarinah, Pancoran, Jakarta Selatan, Ahad (29/5) malam WIB. Menurut Heru, statusnya masih PNS sehingga tidak bisa bebas datang ke acara tersebut. Acara itu dibuat untuk merayakan pengumpulan 900 ribu kartu tanda penduduk (KTP) dukungan untuk pasangan Ahok-Heru. Teman Ahok bertekad untuk mengumpulkan 1 juta KTP hingga akhir Juni nanti.

Pasangan Ahok-Heru dijadwalkan untuk menyerahkan dukungan kepada KPU pada Agustus. Setelah lolos verifikasi, baik calon dari jalur perseorangan maupun partai politik wajib mendaftarkan diri pada 19-21 September. Setelah itu, kampanye berlangsung mulai dari Oktober 2016 hingga H-3 Pilgub DKI pada Februari 2017.

Adapun Ahok menegaskan untuk tetap bersama Teman Ahok maju lewat jalur independen di Pilgub DKI 2017. Kendati sejumlah partai besar memberikan sinyal dukungan kepadanya, ia tidak ingin mengecewakan Teman Ahok yang sudah berjuang mengumpulkan KTP warga.

Ahok beralasan, Teman Ahok sudah berjuang untuknya tanpa bayaran sepeser pun. Meski begitu, ia tetap mau menerima dukungan parpol dan itu diakuinya bakal semakin membuat Teman Ahok semangat bekerja. "Kita sepakat nggak mau mengecewakan Teman Ahok. Mereka sudah berusaha kumpul kerja keras. Jadi, kalau partai-partai bergabung, ini akan mendukung Teman Ahok. Itu saja sih," katanya.

Ahok optimistis jalur independen tak akan mempersulitnya untuk terpilih lagi sebagai gubernur periode kedua. Hanya saja, ia tidak memungkiri bakal mendapat dukungan dari Golkar dan PDIP. Hal itu terkait dengan kedekatannya dengan pimpinan kedua partai itu.

"Golkar kita dari dulu komunikasi, teman semua. Saya nggak tahu secara partai, saya tidak campur. Tapi, pribadi oke," ujar mantan bupati Belitung Timur itu.

Sementara, dukungan Partai Golkar kepada Ahok semakin menguat setelah Setya Novanto terpilih sebagai ketua umum partai berlambang beringin itu. Ketua Umum Golkar Setya Novanto melemparkan pujian kepada Ahok sebagai sosok yang baik.

Dia bahkan secara terus terang menilai Ahok menunjukkan kinerja positif selama memimpin Ibu Kota. "Kalau soal kinerjanya, Ahok baik dan berhasil. Itu yang saya lihat. Yang jelas, menurut kita sangat baik, dia sangat bagus," kata Setya.

Penilaian Setya itu juga karena mereka pernah bekerja sama di DPR. Setya melihat Ahok sebagai sosok yang energik dan mampu bekerja dengan baik. Dia mengungkapkan, penilaian itu bisa menjadi pertimbangan bagi Golkar untuk mengusung mantan politikus Gerindra tersebut di Pilgub DKI 2017. "Ya tentu kita lihat langkah-langkah itu. Nanti nanti kita sampaikan," jelasnya.

Saat ini, Ahok baru didukung Partai Nasdem dan Hanura yang memiliki 15 kursi di DPRD. Dengan Golkar yang memiliki sembilan kursi DPRD, Ahok sudah memenuhi syarat 22 kursi untuk maju dari jalur parpol.    rep: Rizky Suryarandika, Eko Supriyadi/antara, ed: Erik Purnama Putra

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement