Selasa 10 May 2016 16:00 WIB

Menjajal Rute Baru Transjakarta yang Sepi Penumpang

Red:

 

Republika/ Tahta Aidilla      

 

 

 

 

 

 

 

 

Jam menunjukkan pukul 17.00 WIB pada Ahad (8/5). Republika duduk menanti di seberang Stasiun Pasar Minggu, tepatnya di plang pemberhentian bus Tranjakarta. Plang berukuran kecil ini sedikit tersembunyi di balik pepohonan. Sementara, di depannya berjejer sekitar 10 gerobak barang-barang dari pasar.

Petugas Metro Mini 62 mengajak para calon penumpang yang lalu lalang untuk masuk ke dalam busnya sambil berteriak, "Yuk.. Manggarai.. Manggarai." Republika tentu saja mengabaikan tawaran itu karena ingin mencoba Transjakarta rute Manggarai-Universitas Indonesia (UI) yang mulai beroperasi belum lama ini.

Waktu terus berjalan, namun bus yang ditunggu tak kunjung datang. Hingga akhirnya sekitar pukul 19.20 WIB, muncullah bus warna biru milik Kementarian Perhubungan tersebut. Bus berhenti di depan plang Transjakarta. Saat naik ke dalam bus, hanya ada empat penumpang dewasa, empat anak kecil, dan satu bayi. Tempat duduk banyak yang tidak terisi karena sanggup memuat 31 orang.

Sopir bus Transjakarta Bines Jumati, tiba-tiba memekik lantaran ada sebuah mobil pribadi yang menghalangi jalan busnya. Mengetahui bus akan bergerak, mobil itu langsung meminggir. "Kalau enggak minggir Pak, nanti kena mobil Bapak," kata Bines, meski tahu gerutuannya itu tak bakal didengar sang sopir mobil.

Di belakang Bines, duduk kondektur perempuan bernama Leni N yang mengenakan baju seragam oranye dan merah. Kepada Republika, karyawan Transjakarta asal Pandeglang tersebut menjelaskan, rute Manggarai-UI memang hanya dilalui lima bus, yang beroperasi mulai pukul 05.00 WIB sampai 22.00 WIB. Karena jumlah armada terbatas, penumpang harus menunggu cukup lama untuk bisa menikmati layanan dengan tarif Rp 3.500 ini. "Memang ini masih sepi penumpang, karena baru dua pekan beroperasi. Belum banyak orang tahu," ujar Leni.

Sambil menagih tiket, Leni menjelaskan, penumpang dapat membayar dengan dua cara, yaitu menggunakan kartu flash dan juga uang tunai. Karena sepanjang rute itu tidak bersinggungan dengan koridor Transjakarta, pihaknya memaklumi penumpang masih dibolehkan membayar dengan membeli karcis. "Kalau di halte besar tidak boleh cash, tapi kalau di sini masih dimaklumi karena belum ada halte besarnya," jelas Leni.

Menurut Leni, jika bus melaju dari halte UI sampai Pasar Raya Manggarai secara lancar, dibutuhkan waktu sekitar 50 menit. Namun, kalau kondisi jalanan macet, terutama di Lenteng Agung, Pasar Minggu, dan Kalibata, bus membutuhkan waktu sampai dua jam.

Leni menyatakan, jumlah penumpang memang belum banyak kalau dibandingkan dengan rute lain, yang baru dibuka. Selama beroperasi, kata Leni, paling banyak jumlah penumpang hanya sesuai dengan jumlah kursi saja. Menurut dia, hingga kini belum ada penumpang yang harus sampai berdiri. "Lumayan tambah terus penumpangnya. Dari Manggarai yang tadinya enggak ada sekarang jadi penuh. Tapi, kalau dari UI masih sepi," ungkap Leni.

Dia menjelaskan, bus beroperasi hanya sampai halte UI saja, meski banyak permintaan untuk menjangkau hingga Terminal Depok di Margonda. Leni menyatakan, jika Transjakarta sampai masuk Depok, para sopir angkot nanti banyak yang tidak terima karena merasa rezekinya diambil. "Ini tidak masuk Depok, karena angkotnya (marah)," kata Bines menimpali sambil menyetir.

Tak lama kemudian, sebelum tiba di Halte Makam Pahlawan Kalibata, seorang calon penumpang tiba-tiba berusaha menyetop untuk dibukakan pintu bus. Leni pun bingung. "Gimana? Dibuka tidak?" tanya penumpang tersebut kepada Leni. "Mmmm.. buka aja," kata Leni agak ragu.

Setelah penumpang tersebut naik ke atas, Leni langsung mengingatkan agar lain kali ketika menunggu bus harus di halte yang sudah tersedia. Dia memaklumi, kalau sebelumnya bisa mengangkut penumpang dengan alasan masih tahap sosialisasi.

Leni menjelaskan, Tranjakarta rute baru ini memang tidak berhenti di sembarang tempat. Bus hanya berhenti di setiap halte atau plang Transjakarta. Hanya saja, dia memahami, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang aturan itu.

Bus tersebut tiba Pasaraya Manggarai pada pukul 20.10 WIB. Salah seorang penumpang yang turun di Halte Manggarai adalah Cery (27 tahun). Perempuan tersebut mengeluh karena harus menanti bus yang ditumpanginya sangat lama. Saat di Halte UI, ia mengaku sempat menunggu bus itu lebih dari satu jam, mulai pukul 17.15 WIB sampai pukul 18.37 WIB. "Lama banget kan Mas? Tadi macet, malah kadang-kadang kalau hari kerja bisa dua jaman kata petugasnya tadi," jelasnya.

Cery yang baru pertama kali naik bus tersebut meminta agar jumlah armada diperbanyak. Apalagi, rute Manggarai-UI itu bersinggungan dengan kereta rel listrik (KRL) yang memiliki ketepatan waktu lebih bisa diandalkan. Cery pun mengaku kapok naik Transjakarta. "Tadi maunya nyoba aja, tapi enggak lagi deh, lama banget," ujarnya.

Bus tujuan UI datang. Kali ini, ada tiga penumpang yang naik. Salah satunya adalah Fahar (22 tahun), yang mengaku hanya ingin mencoba bus jalur baru tersebut. Mahasiswa jurusan hukum UI tersebut ingin pulang ke kosnya di Depok. Biasanya, dia menggunakan KRL. Namun, karena malam itu dia ingin merasakan suasana baru, dia memutuskan untuk naik bus. "Malas (juga) mau jalan ke stasiun, biasanya naik kereta Mas," ujar Fahar.

Menurut Fahar, jalur Manggarai-UI tersebut kurang sosialisasi. Apalagi, jalan yang dilewati tidak ada jalur khusus untuk Transjakarta. Sehingga bus harus berebut dengan kendaraan lain ketika macet hingga berakibat lama sampai ke lokasi tujuan. "Kayaknya adanya ini cuma sebentar, karena pagi kalau pagi ingin cepat kerja. Cuma menuh-menuhin jalan aja sih kalau menurut saya," ujarnya.

Kondektur bus Muhammad Nur tampak sibuk menghitung laporan kerjanya hari ini. Uang pecahan Rp 50 ribu, Rp 5.000 dan 2.000 dihitungnya satu per satu. Saat ditanya berapa dapatnya hari ini, dia menjawab tidak banyak pemasukan yang didapat, karena penumpangnya masih sedikit. "Tidak sampai Rp 500 ribu," katanya.   Oleh Muhyiddin, ed: Erik Purnama Putra

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement