Sabtu 28 Nov 2015 17:41 WIB

DKI Wajibkan Kecamatan Miliki Bank Sampah

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, KRAMAT JATI -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mewajibkan setiap kecamatan memiliki bank sampah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pengangkutan sampah ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi.

"Per kecamatan saya minta minimal ada lima bank sampah dan saya minta jajaran kebersihan juga untuk terus memantau jalannya bank sampah tersebut," ujar Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Aji, di kantornya, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur, pada Jumat (28/11).

Isnawa menjelaskan pihak kecamatan akan bertanggung jawab atas kelangsungan bank sampah. Mereka mengelola dan memberdayakan nasabah bank sampah yang merupakan masyarakat sekitar.

Dia menjelaskan setiap individu akan selalu menghasilkan sampah setiap hari. Jika tidak ditangani lebih dulu oleh bank sampah wilayah, maka tidak heran jika DKI Jakarta selalu 6.000 sampai 7.000 ton sampah setiap harinya ke Bantar gebang, Bekasi.

Menurut dia, seseorang ketika makan satai misalkan, pasti akan menyisakan kayu yang menjadi tusukan. Itu, jelas Isnawa, adalah sampah yang harus dibuang. Semakin banyak orang tinggal di Jakarta maka akan semakin banyak sampah dihasilkan.

Dengan adanya lima bank sampah di setiap kecamatan maka diharapkan dapat mengu rangi pengiriman sampah ke Bantargebang. Pengolahan sampah nantinya tak lagi terpusat pada TPST tersebut.

Warga nantinya mengklasifikasikan sampah. Ada yang bisa didaur ulang, seperti plastik dan bahan dari logam, sedangkan sampah sisa makanan yang membusuk dipisahkan sendiri.

Isnawa menjelaskan klasifikasi ini harus dilakukan agar sampah tidak bercampur. Kebiasaan warga menumpuk berbagai jenis sampah diharapkannya tidak terjadi lagi.

Sampah tersebut akan ditimbang dan dibeli oleh Pemprov DKI Jakarta. Setiap transaksi akan dibukukan secara elektronik melalui kartu Sistem Informasi Bank Sampah (Simbas). Pihaknya meng - klaim masyarakat akan sangat diuntungkan dengan kehadiran bank sampah. Sebabnya, mereka akan mendapatkan keuntungan dari setiap transaksi.

Isnawa menjelaskan ada dua masalah besar yang dihadapi oleh hampir tiap bank sampah. Persoalan tersebut kerap mengakibatkan bank sampah mati suri. Pertama, bank sampah seringkali menerima sampah dari masyarakat dan langsung menukarkannya dengan uang. Kedua, hasil karya daur ulang sampah kurang laku di pasaran. c30, ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement