Senin 05 Oct 2015 13:00 WIB

Evolusi Taman Safari Satwa dari berbagai belahan dunia hidup di dalamnya.

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Evolusi Taman Safari

Satwa dari berbagai belahan dunia hidup di dalamnya.

Percabangan jalan langsung menyambut kendaraan pengunjung usai melewati gerbang utama. Ke kiri menuju Safari, ke kanan ke arah rekreasi dan Safari Malam. Sepintas tidak ada pemandangan yang menarik di persimpangan jalan tersebut. Hanya papan penunjuk jalan sederhana yang menunjukkan ke dua arah tersebut. 

Pengunjung yang datang pagi atau siang hari biasanya memacu kendaraannya ke arah kiri. Begitu melintasi gapura yang menyerupai mulut goa, mulai tampak pemandangan berbeda. Sekawanan gajah sumatra menyambut wisatawan Taman Safari Indonesia. 

Tempat tinggal gajah tanpa pagar pembatas itu dibuat mirip dengan habitat aslinya di Pulau Sumatra, lengkap dengan kumbangan tempat mandi gajah. Sehingga, antara gajah dengan pengunjung yang ada di dalam kendaraan seperti tidak ada batas yang memisahkannya. Namun, wisatawan tetap diperingatkan untuk hati-hati dan tidak memberi makanan karena dikhawatirkan bisa mengganggu satwa. 

Selepas dari habitat gajah, berturut-turut pengunjung akan menyaksikan kuda nil, tapir, hingga satwa yang bukan asli dari Indonesia, seperti jerapah, kuda zebra, dan unta. Tak hanya satwa jinak, satwa liar pun ada, seperti harimau, singa, dan cheetah. Bahkan, pengelola membuat habibat "African Village" untuk satwa liar asal Benua Afrika. "Saat ini satwa di Taman Safari sekitar 2636 ekor, terdiri dari 257 spesies," kata Kepala Hubungan Masyarakat Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Yulius H Suprihardo, Rabu (30/9).  

Padahal, saat Taman Safari dibuka untuk umum pada 1986, menurut Yulius, jumlah koleksi satwanya masih tergolong sedikit. Hanya sekitar 100 spesies dari jumlah koleksi satwa sebanyak 400 ekor. Sejalan dengan  perkembangan dan kondisi fauna, taman satwa terbuka yang terletak di Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini berevolusi menjadi tempat untuk menangkarkan satwa yang ada di Indonesia maupun yang hidup di berbagai penjuru dunia.

Kendati menjadi lokasi untuk konservasi, pendidikan, dan penelitian, namun Taman Safari Indonesia tidak melupakan aspek rekreasi. Sehingga, terdapat pusat rekreasi bagi para pengunjung yang merupakan sarana penunjang bagi kelangsungan Taman Safari Indonesia itu sendiri. "Terdapat 24 jenis permainan yang dapat dipergunakan oleh anak-anak maupun dewasa, antara lain Z-Force, Rumah hantu, Moco Drop Tower, Jet coaster, Family swing, kereta api mini, Sky lift, Bumper car, Space shutle, Flume ride, Bumper boat," ujar Yulius. 

Selain itu, terdapat panggung atraksi pendidikan yang menampilkan atraksi gajah di Plaza Gajah, atraksi harimau dan singa, atraksi penerbangan burung pemangsa, panggung singa laut, panggung lumba-lumba, hingga pertunjukan Wild-Wild West Cowboy Show. Terdapat juga Baby Zoo yang menjadi tempat berfoto dengan satwa yang telah jinak, untuk lebih mengenal dan cinta satwa sejak dini. "Dilengkapi dengan taman burung, Istana Harimau Putih, koleksi satwa karnivora, taman fosil batu kayu taman Jepang, koleksi kanguru dari Australia, dan koleksi lemur dari Madagaskar," kata Yulius.

Mendekatkan pada Petualangan yang Sesungguhnya

Ide dan cita-cita mendirikan suatu taman satwa modern datang dari para penyayang satwa liar yang tergabung dalam grup Oriental Circus Indonesia (OCI). Dengan berbekal kecintaan dan pengetahuan tentang satwa, kelompok ini berusaha mencari lokasi yang ideal untuk dijadikan pangkalan sirkusnya. Maka, terpilih tempat yang sekarang, yaitu Desa Cibeureum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diundanglah perusahaan konsultan dari Jerman dan Amerika Serikat yang telah mempunyai reputasi dalam hal perkebunbinatangan dan pembuatan taman satwa liar. 

"Pada Maret 1990, Taman Safari Indonesia diresmikan menjadi objek wisata nasional sekaligus sebagai pusat penangkaran satwa langka Indonesia," kata Direktur Taman Safari Indonesia, Jansen Manansang, Rabu (30/9). 

Jumlah satwa terus berkembang biak, bahkan koleksi satwa dari luar negeri terus ditambah sebagai daya tarik wisatawan. Adapun satwa tersebut adalah panda merah dari kebun binatang Chungking, RRC, melalui program pertukaran satwa antara Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Rakyat Cina. 

TSI juga mendatangkan mandrill, monyet jepang, meerkat, bongo, penguin, kanguru australia, macan tutul salju (snow leopard). Untuk lebih mendekatkan pada petualangan alam liar yang sesungguhnya, maka Taman Safari membuka Tur Safari Malam, khusus pada Sabtu malam. Sehingga, para pengunjung dapat melihat dari dekat kehidupan satwa liar yang dilepas pada malam hari dengan menggunakan kereta wisata yang disediakan dan dipandu oleh seorang pemandu. 

Di lokasi ini juga ada atraksi perkampungan perburuan yang melewati areal perkampungan Afrika dan kawasan India .Yang tidak kalah serunya adalah Behind the Scenes Tour. Para petualang dapat melihat langsung suasana belakang layar mengenai bagaimana persiapan pakan satwa, nursery room, elephant cage, laboratorium, rumah sakit satwa, penangkaran harimau sumatra, dan melihat lokasi lorong reptil. 

Petualang juga bisa berjalan-jalan di luar kawasan Taman Safari, namun masih di hutan Safari. Sehingga, dapat menikmati keindahan alam sambil berolahraga jalan santai. Untuk Safari Trek ini terdapat dua rute, yaitu pertama rute kancil dengan jarak 3 km dan rute macan tutul yang berjarak 6 km. Selama melakukan Safari Trek, para pengunjung akan dipandu oleh seorang pemandu yang akan menjelaskan mengenai pengetahuan flora dan fauna yang ada di Taman Safari maupun yang dilihat selama kegiatan Safari Trek. "Para pengunjung akan melihat  jenis satwa yang dilepas secara bebas," ujar Jansen. n muhammad fakhruddin ed: erdy nasrul 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement