Selasa 25 Aug 2015 15:00 WIB

Saat Ratusan Sekolah Swasta di Depok Kekurangan Murid

Red:

Kekisruhan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di sekolah-sekolah negeri di Kota Depok, Jawa Barat, berdampak pada sekolah swasta. Akibatnya, sekolah-sekolah swasta kekurangan murid. Tercatat, sebanyak 121 sekolah swasta di Kota Depok dipastikan tidak memenuhi target PPDB tahun ajaran 2015/2016.

''Sebanyak 121 sekolah swasta yang kekurangan murid itu jenjang SMP dan SMA, sedangkan SMK tidak terlalu banyak dampaknya karena baru ada beberapa SMK negeri di Depok,'' ujar Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kota Depok Kemo Santosa, saat menyambangi SMAN 5 Depok di Bukit Rivaria, Kecamatan Sawangan, akhir pekan lalu.

Kemo menuturkan, salah satu sekolah yang dipastikan kekurangan murid adalah Yayasan Ganesa Satria. Semua jenjang yang ada di sekolah itu (SMP dan SMK) kosong sebanyak 18 ruang kelas. Di SMP Muhammadiyah, 15 siswa keluar dan pindah ke sekolah negeri sehingga tidak memenuhi target PPDB. ''Ini disebabkan sekolah negeri tidak memakai aturan yang benar dalam PPDB,'' katanya.

Pihak sekolah swasta sudah banyak yang melaporkan kekurangan siswa. Sistem yang diberlakukan Dinas Pendidikan (Disdik) Pemerintah Kota (Pemkot) Depok membuat PPDB menjadi kisruh. ''Seperti tidak ada aturan, tidak ada ukuran, semua siswa dapat dengan mudah masuk sekolah negeri walaupun nilainya kecil,'' jelas Kemo.

Bahkan, kata Kemo, pemberlakuan kebijakan sekolah negeri filial semakin membuat banyak orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah negeri filial daripada sekolah swasta. ''Walaupun sebenarnya fasilitas sekolah negeri filial tak memadai,'' ucapnya. Kemo lantas berharap Pemkot Depok juga memberi perhatian terhadap keberadaan sekolah-sekolah swasta.

Kisruh termasuk laporan jual-beli kursi dalam PPDB Depok 2015 membuat Ombudsman RI berniat mendatangi Disdik Pemkot Depok. ''Kami sedang mengumpulkan informasi, tapi kami belum bisa buka dulu karena nanti kalau setengah-setengah takut salah pemahamannya,'' ujar Asisten Ombudsman RI, Zainal.

Zainal bertemu dengan Kepala Bidang Pendidikan Disdik Pemkot Depok Tatik Wijayati saat melakukan kunjungan beberapa waktu lalu. Ia menjelaskan, selain mengumpulkan informasi, Ombudsman RI juga mengklarifikasi mengenai aduan masyarakat tentang adanya jual-beli kursi PPDB di sekolah-sekolah.

Kekisruhan PPDB di Depok membuat Inggrid (15 tahun) sedih, kecewa, dan kesal karena angan-angannya menempuh pendidikan di salah satu sekolah elite, yakni SMAN 3 Depok, pupus. ''Kalau sekolahnya di sini, aku enggak mau. Aku malu,'' ujar Inggrid saat mencurahkan perasaannya ke Republika.

Inggrid merupakan salah satu dari ratusan calon siswa sekolah menengah atas (SMA) yang juga kecewa setelah tahu kalau akan bersekolah SMAN 3 Filial Depok dan menumpang di SD Karakter Pemuda Bangsa. Keberadaan sekolah tersebut tak jauh dari SMAN 3 Depok, di Jalan Raden Saleh, Cilodong, Depok.

Dian (15) mengakui, tadinya ia senang dapat bersekolah di SMAN 3 Depok. Namun, ia tak bisa menahan tangis ketika tahu ia bukan bersekolah di SMAN 3 Depok melainkan di filialnya. ''Ini mah sekolah buangan,'' teriaknya kesal.

Inggrid dan Dian mengaku mendapat nilai ebta murni (NEM) yang tidak kecil. Inggrid memiliki NEM 32,35 dan Dian 32,20. Keduanya mengaku sebenarnya sudah diterima di SMAN 8, tetapi karena orang tuanya mendapat iming-iming dari salah seorang oknum guru bahwa dapat diterima di SMAN 3 Depok dengan membayar Rp 7 juta, mereka pindah. Nilai NEM terendah bisa masuk di SMAN 8 adalah 32,00, sedangkan di SMAN 3 harus memiliki NEM terendah 34,00.

Tidak hanya para calon siswa yang kecewa, para orang tua siswa pun sangat kecewa. Kekecewaan itu semakin memuncak karena selain sudah menggeluarkan uang jutaan juga merasa tertipu karena ternyata bukan bersekolah di SMAN 3 Depok. ''Pendidikan seperti apa yang nanti didapat anak-anak kami di sekolah filial ini,'' tutur Sinta, orang tua calon siswa yang berdomisili di Jalan BBM, Cilodong.

Ratusan calon siswa SMAN 3 Filial Depok ini mulai melakukan aktivitas setelah sebelumnya tak ada kejelasan dari Disdik Pemkot Depok kapan mulai melakukan kegiatan belajar-mengajar (KBM). ''Siswa mulai masuk sekolah pada Selasa (18/8),'' ujar Kepala Seksi (Kasie) SMA Disdik Pemkot Depok Diah Haeriani.

Menurut Diah, Disdik Pemkot Depok membuka tiga SMAN filial atau kelas jauh mulai tahun ajaran 2015/2016. Pendaftaran SMAN filial dibagi dalam tiga zona, yakni zona timur di Cimanggis, zona tengah di Cilodong, dan zona barat di Sawangan. ''Pembukaan sekolah filial itu merupakan solusi tidak tertampungnya siswa lulusan SMP yang begitu banyak ingin masuk di SMAN,'' katanya menerangkan.

Ada sekitar 200 siswa yang bersekolah di SMAN 5 Filial yang melakukan proses belajar-mengajar menumpang di SMPN 10, Bedahan, Sawangan, Depok. Sedangkan, di SMAN 3 Filial ada sekitar 433 siswa yang diterima dan bersekolah sementara di SD Karakter Pemuda Bangsa. Lalu, sebanyak 300 siswa yang bersekolah di SMAN 4 Filial yang mengikuti proses belajar-mengajarnya menumpang di SMPN 11 Cimanggis, Depok. ''Mereka semuanya bersekolah di siang hari. Guru-guru ditentukan disdik yang diambil dari setiap sekolah negeri. Fasilitas dan pengelolaannya selanjutnya mengikut ke sekolah induk,'' kata Diah.

Diah menegaskan kebijakan sekolah filial ini tidak melanggar aturan karena sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 17/2010. ''Di situ tertulis pemerintah daerah berhak mewujudkan pelayanan khusus ke masyarakat,'' jelasnya.

n ed: endro yuwanto

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement